kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Likuiditas cukup dan yield naik, bank batal terbitkan surat utang


Senin, 28 Mei 2018 / 10:50 WIB
Likuiditas cukup dan yield naik, bank batal terbitkan surat utang
ILUSTRASI. Ilustrasi pasar modal


Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi pasar keuangan yang belum stabil menjadi alasan perbankan menahan diri untuk menerbitkan obligasi. Tercatat, ada tiga bank yang membatalkan rencana penerbitan surat utang tersebut.

Diantaranya, ada PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN), PT Bank OCBC NISP Tbk dan PT Bank Pembangunan Daerah (BPD) DKI Jakarta (Bank DKI),

BTPN membatalkan rencana penerbitan obligasi berkelanjutan III tahap III senilai Rp 1,5 triliun. Obligasi ini merupakan bagian dari penerbitan obligasi berkelanjutan dengan rencana total dana yang dihimpun Rp 4 triliun.

Anika Faisal, Direktur BTPN mengatakan, pembatalan ini karena perlambatan ekonomi dan masih tingginya imbal hasil atau yiled obligasi saat ini. Lagi pula, BTPN sudah mempunyai likuiditas cukup.

"Ini faktor belum terlalu kencangnya pertumbuhan kredit," kata Anika, Jumat (25/5). Selain itu, BTPN juga sudah mendapatkan pinjaman dari PT Bank Central Asia Tbk (BCA) sehingga menambah likuiditas BTPN.

Bank OCBC NISP telah lebih awal memutuskan untuk tidak menerbitkan sisa dana penawaran umum obligasi berkelanjutan II (PUB II) sebesar Rp 1,18 triliun, karena pertimbangan pasar.

Selain itu, Bank DKI juga memutuskan tidak menerbitkan sisa PUB tahap I sebesar Rp 1,5 triliun. Bank milik Pemprov DKI Jakarta ini menyebut, likuiditas masih cukup membiayai ekspansi dalam beberapa tahun ke depan.

Boedi Armanto, Deputi Komisioner Pengawas Perbankan II Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menduga, penghentian penerbitan obligasi berkelanjutan ini karena tiga faktor. Pertama, bank kelebihan likuiditas disebabkan penyaluran kredit belum terlalu kencang.

Kedua, suku bunga atau kupon yang tinggi sehingga bank menunggu kebijakan Bank Indonesia (BI) terkait tren bunga acuan. Ketiga, ada instrumen lain yang sesuai dengan kebijakan bank tersebut.

Sementara itu, Anggoro Eko Cahyo, Direktur Keuangan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) mengatakan, selama ini BNI merilis obligasi sesuai kebutuhan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×