kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Laba bank kecil makin mengecil


Rabu, 15 Mei 2019 / 21:50 WIB
Laba bank kecil makin mengecil


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Laba bank kecil di kelas Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) 1, dan BUKU 2 masih belum mampu meningkatkan kinerjanya. Sepanjang kuartal 1/2019, bank-bank cilik ini masih belum meraih laba yang optimal.

PT Bank Dinar Indonesia Tbk (DNAR) misalnya sepanjang kuartal 1/2019 cuma meraih laba senilai Rp 1,15 miliar, turun 22,86% (yoy) dibandingkan posisi kuartal 1/2018 senilai Rp 1,50 miliar. Lesunya bank yang masuk kelos BUKU 1 ini lantaran ikut menyusutnya pendapatan bunga bersih sebesar -8,09% (yoy) menjadi Rp 17,95 miliar pada akhir Maret 2019.

Direktur Utama Dinar Henra Lie bilang penyusutan pendapatan bunga bersih terjadi lantaran belum maksimalnya penyaluran kredit perseroan. Sejak akhir 2018 lalu, kredit perseroan cuma tumbuh 4% (ytd) menjadi Rp 1,30 triliun. Sementara akhir 2018 lalu realisasi kredit perseroan mencapai Rp 1,24 triliun.

“Untuk lending ada pertumbuhan 4% (ytd), ini belum maksimal karena adanya rundown dan penurunan penggunaan kredit (unused loan).” kata Hendra kepada Kontan.co.id, Rabu (15/5).

Penghimpunan dana pihak ketiga perseroan (DPK) pun ikut merosot sebesar -5,73% (ytd) menjadi Rp 1,69 triliun pada kuartal 1/2019, dibandingkan akhir 2018 senilai Rp 1,79 triliun. Penyusutan DPK juga yang disebut Hendra jadi sebab, lantaran perseroan masih ingin menjaga loan to funding ratio (LFR) di kisaran 76%.

Kolega Bank Dinar, yaitu PT Bank Oke Indonesia justru catat kejatuhan kinerja lebih dalam. Sepanjang kuartal 1/2019 perseroan cuma dapat laba Rp 2,21 triliun, anjlok 41,80% (yoy) dibandingkan laba bersih pada kuartal 1/2018 senilai Rp 4,14 miliar.

Penurunan laba bank yang masuk kelas BUKU 2 ini terjadi lantaran menyusutnya pendapatan operasional selain bunga yang cuma diraih Rp 888 juta, merosot -51,07% (yoy) dibandingkan kuartal 1/2018 senilai Rp 1,81 miliar. 

Padahal pendapatan bunga bersih perseroan secara tahunan masih tumbuh, meski tipis 0,76% (yoy) pada kuartal 1/2019 sebesar Rp 35,37 miliar, sementara pada kuartal 1/2018 senilai Rp 35,10 miliar.

Sedangkan penyaluran kredit perseroan juga turun sejak akhir 2018 sebesar 2,1% (ytd)) menjadi Rp 1,64 triliun pada akhir Maret 2019. Sementara DPK perseroan justru meningkat 34,5% (ytd) menjadi Rp 170,88 miliar.

Kinerja dua bank tersebut yang terhitung belum memuaskan sejatinya wajar, Bank Dinar dan Bank Oke kini memang tengah dalam proses penggabungan usaha. Direktur Kepatuhan Bank Oke Efdinal Alamsyah bilang bank hasil akuisisi kelak sudah punya strategi bikin kinerja meningkat.

“Saat ini kami sedang membangun infrastruktur digital, sehingga ketika penggabungan usaha rampung kami akan menawarkan banyak produk berbasis IT dan lebih mengarah ke segmen. Kami juga berencana untuk menjadi bank devisa,” katanya kepada Kontan.co.is

Untuk memenuhi hal tersebut, pemegang saham pengendali kedua bank yaitu Apro Finance disebutkan Efdal telah berkomitmen untuk menyuntik dana hingga Rp 3 triliun. Targetnya bank hasil penggabungan kelak memang akan menjadi BUKU 3.

Sementara itu, kelas BUKU 1 lainnya PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk (BEKS) juga belum mampu memperbaiki kinerjanya. rugi yang dialami perseroan makin dalam, meningkat 59,50% (yoy) menjadi 51,60 miliar pada kuartal 1/2019. Sedangkan posisi kerugian pada kuartal 1/2018 sebesar Rp 32,35 miliar.

“Berbagai indikator memang belum menunjukkan hasil yang ideal, namun demikian kami telah membangun pola untuk pertumbuhan yang lebih baik lagi, sehingga mampu mencapai tingkat yang diharapkan oleh para pemangku kepentingan,” kata Direktur Utama Bank Banten Fahmi Bagus Mahesa kepada Kontan.co.id

Secara umum, aset perseroan pada kuartal 1/2019 tumbuh sebesar 10.68% (yoy) dibandingkan kuartal 1/2018 menjadi Rp 8,4 triliun dibandingkan kuartal 1/2018 senilai Rp 7,6 triliun. 

Pertumbuhan aset disebut Fahmi ditopang pertumbuhan DPK sebesar 11.76% (yoy) dari Rp 5.7 triliun menjadi Rp 6.4 triliun. Perbaikan kinerja juga berhasil dibukukan seiring membaiknya NPL Net pada kuartal 1/2019 sebesar 4,20% dibandingkan kuartal 1/2018 sebesar 4,73%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×