kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45916,44   -19,08   -2.04%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Inilah tokoh di balik wine lokal yang mendunia


Rabu, 13 September 2017 / 07:30 WIB
Inilah tokoh di balik wine lokal yang mendunia


Reporter: Vina Anggita | Editor: Bagus Marsudi

KONTAN.CO.ID - Pensiun dari karier sebagai eksekutif di perusahaan besar, tidak menghalangi Mulyati Gozali untuk tetap memberi sumbangsih bagi masyarakat. Kini, ia membina 180 petani anggur di Buleleng, Bali, untuk bisa berkembang dan meraih kehidupan yang layak.

Melalui Sababay Winery, Mulyati mengangkat derajat kehidupan ratusan keluarga petani anggur di utara Pulau Dewata. Dengan menampung produksi anggur petani, lalu  mengolahnya menjadi wine berkualitas, Sababay memberi nilai tinggi bagi anggur produksi Bali.

Langkah panjang Mulyati ini bermula ketika ia memutuskan pensiun dari jabatannya sebagai Presiden Komisaris dan Direktur Keuangan  PT Gajah Tunggal Tbk. Ia memilih banyak meluangkan waktu bersama keluarga di Pulau Bali. Nyatanya, Mulyati tak bisa lama-lama ‘diam’. Ia ingin tetap produktif. Awalnya, ia ingin terjun ke dunia properti. Tapi lantaran tak memiliki dasar pariwisata dan melihat ketatnya persaingan, ia pun urung masuk bisnis ini.

Tahun 2008, bersama anaknya, Evy Gozali, Mulyati berpetualang mengelilingi Bali untuk melihat potensi tiap daerah. Di kawasan Buleleng, ia melihat para petani anggur hidup serba-kekurangan. “Saat itu, anggur hanya dihargai Rp 500 per kilogram (kg). Dalam setahun, rata-rata penghasilan petani hanya Rp 1 juta. Mereka memiliki dua, tiga anak, rumah asih setengah gubuk dengan kamar mandi di luar,” ujarnya.

Hatinya tergerak membantu. Apa lagi dia melihat ada potensi memberi nilai tambah pada buah anggur yang mereka hasilkan. Maka Mulyati segera menyusun strategi untuk membangun bisnis. Dia melawat ke beberapa negara untuk melihat pertanian anggur, mengurus perizinan, mendatangkan winemaker dan alat-alat produksi lain. Akhirnya tahun 2010, Mulyati mendirikan perusahaan pengolahan anggur (winery) bernama Sababay Winery.

Rintangan pun menghadang. Langkah Mulyati menawar anggur para petani dengan harga 10 kali lipat dari harga pasar, mengusik tengkulak. Para tengkulak menakuti petani bahwa mereka akan dipaksa menyerahkan kebun anggurnya. “Saat itu, kondisi petani selalu gagal panen. Mereka terlilit utang ke tengkulak,” ujarnya.  

Untuk menyingkirkan tengkulak, Mulyati melunasi utang para petani dengan syarat akan dicicil setiap panen. “Jika dihitung, jumlahnya sekitar Rp 450 juta. Petani melunasi hanya dalam dua tahun dan rantai tengkulak sudah putus,” kata Chairman Sababay Winery itu.

Kini, Sababay Winery telah membina 180 petani anggur dengan total kebun seluas 80 hektare. Dalam setahun, setiap petani bisa dua kali panen dengan minimum menghasilkan 15 ton anggur setiap kali panen. Adapun harga anggur saat ini sudah naik menjadi Rp 7.500 per kg.  Rata-rata setiap petani kini bisa mengantongi penghasilan bersih sekitar Rp 7 juta per bulan.

Sababay yang mulai memproduksi wine tahun 2013, membidik hotel-hotel kelas atas dengan mengajak mereka ke perkebunan dan membuat acara di winery. “Saya ingin mengenalkan bahwa Indonesia juga bisa memiliki wine berkualitas internasional,” ujarnya.

Go internasional
Dari pabrik pembuatan wine seluas tiga hektare, setiap tahun, Mulyati memproduksi 400.000 botol wine dengan harga sekitar Rp 200.000 per botol

Kini, Sababay memproduksi enam jenis wine. Akhir Agustus ini, Mulyati akan meluncurkan jenis ketujuh, Mascetti yang memiliki kandungan alkohol lebih tinggi, yaitu 19%. “Target kami setiap tahun meluncurkan tiga jenis wine baru,” tuturnya.

Untuk mendukung produk-produk baru, Sababay menambah varietas anggur yang ditanam petani binaannya. Saat ini Sababay berupaya mendatangkan 30 varietas anggur baru yang sesuai kondisi iklim Indonesia.

Mulyati optimistis mengembangkan produk wine baru lantaran pasarnya cukup besar. Kebutuhan wine untuk turis di Bali saja mencapai 21 juta liter setiap tahun. Ini belum termasuk konsumsi lokal. “Jumlah turis kini 10 juta orang dan 40%-nya datang ke Bali. Tapi minumannya impor dari Australia, Chile, Prancis,” katanya.

Memang Sasabay bukan produsen wine lokal pertama. Sebelumnya ada Hatten Wines yang didirikan Ida Bagus Rai Budarsa. Tapi produksi Hatten belum mencukupi kebutuhan pasar. “Wine lokal hanya memenuhi 5 juta liter dari kebutuhan Indonesia,” tutur Mulyati.

Kerja keras Mulyati sudah berbuah. Derajat kehidupan petani binaannya sudah terangkat. Wine produksi Sababay pun telah diakui dunia dengan menyabet pelbagai penghargaan. Dalam ajang The AWC Vienna International Wine Challenge 2016, misalnya, tiga produk Sababay, yakni Moscato d’Bali, White Velvet, dan Reserve Red meraih medali perak. Ini adalah kompetisi wine terbesar dunia yang diikuti 1.866 produsen dan 12.826 wine dari 41 negara.

Berharap bisa jadi inspirasi
Kawasan utara Bali memang tidak seberuntung kawasan selatan yang menjadi pusat pariwisata pulau itu. Lahan yang banyak dipakai untuk perkebunan kurang menarik mendatangkan turis jika dibanding pantai atau kawasan hotel.

Tapi kini, perkebunan anggur di kawasan Buleleng, Bali, mulai dikenal turis. Kawasan itu menjadi salah satu pemasok anggur yang menghasilkan wine berkualitas dunia. Ini merupakan mimpi Mulyati Gozali yang mulai terwujud.

Mulyati memulai dengan pendampingan petani lewat pelatihan dan penyuluhan harian, terutama menyangkut cara bertanam, memetik anggur, dan mengenali waktu panen.

Mulyati berprinsip, lima tahun pertama adalah mendorong petani menjadi mandiri. Lima tahun kedua membuat mereka makmur. Saat ini, petani di sana sudah di tahap kedua. “Kita harus membantu petani dengan memberikan value added,” ujarnya.

Mulyati meyakini, revitalisasi pariwisata memang menjadi salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk menangani kemiskinan. Untuk ini, perlu riset mendalam menyangkut potensi daerah yang bisa digarap  menjadi bernilai tinggi.

Salah satunya potensi di utara Bali.  “Pemerintah tidak tahu bahwa Indonesia bisa menanam anggur.  Sehingga tidak ada anggaran yang disisihkan untuk melakukan riset pengembangan anggur,” ujarnya.

Mulyati akhirnya memutuskan melakukan riset soal anggur dan mendirikan Sababay Winery. Nama Sababay berasal dari nama Teluk Saba, lokasi pabrik Sababay Winery di Gianyar, Bali. Akar bahasa Yunani saba adalah siba yang artinya embun pagi. Seperti embun pagi, Sababay ingin jadi inspirasi bagi orang yang meminumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×