kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Hexindo bidik penjualan di 2016 naik 5%-10%


Jumat, 01 April 2016 / 11:23 WIB
Hexindo bidik penjualan di 2016 naik 5%-10%


Reporter: Emir Yanwardhana | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Distributor alat berat PT Hexindo Adiperkasa Tbk memproyeksikan tahun ini bisa membukukan kenaikan penjualan 5%-10%. Optimisme mereka berawal dari harapan lonjakan permintaan alat berat dari sektor konstruksi dan infrastruktur.

Direktur Marketing PT Hexindo Adiperkasa Tbk Djonggi Gultom bilang, tren permintaan alat berat konstruksi saja naik 20%-25% . "Kenaikan permintaan alat berat konstruksi sudah terasa sejak Januari 2016," kata Djonggi kepada KONTAN, Rabu (30/3). 

Permintaan alat berat konstruksi inilah yang menopang penjualan pada saat penjualan untuk sektor tambang lesu. Dua tahun terakhir penjualan alat berat untuk pertambangan turun drastis seiring dengan anjloknya harga komoditas terutama batubara.

Upaya emiten berkode saham HEXA di Bursa Efek Indonesia (BEI) menggenjot penjualan ini cukup beralasan. Sebab, penjualannya hingga September 2015 turun 27,4% dari US$ 284,76 juta di tahun 2014, menjadi US$ 206,69 juta tahun lalu.

Salah satu pos penerimaan yang susut adalah penjualan dan jasa penyewaan alat berat yang turun 37% menjadi US$ 91,3 juta. Penjualan suku cadang turun 23% menjadi US$ 35,1 juta. Walhasil laba bersih periode September 2015 cuma US$ 5,1 juta.

Djonggi menduga selain perusahaan tambang sedang lesu, penjualan alat berat bekas yang kian marak juga ikut menggerus pasar penjualan alat berat baru. "Kebanyakan pelanggan memperpanjang masa pakai alat, jadi jasa pemeliharaan kami naik tipis," terang Djonggi.

Karena pasar loyo, manajemen Hexindo melakukan efisiensi dengan mengurangi biaya perjalanan dinas. Efisiensi sudah dilakukan sejak 2015, menghasilkan penurunan beban umum perusahaan sebesar US$ 13,1 juta pada 2015. Padahal tahun sebelumnya pos yang sama senilai US$ 14,1 juta. 

Meskipun kondisi industri ini sedang sulit Djonggi menegaskan efisiensi yang dilakukan bukan mengurangi karyawan. "Kami tidak melakukan pemutusan kerja (PHK)," klaim Djonggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×