kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga minyak WTI diproyeksi bisa menguji US$ 60 per barel pada tahun ini


Kamis, 28 Januari 2021 / 17:33 WIB
Harga minyak WTI diproyeksi bisa menguji US$ 60 per barel pada tahun ini
ILUSTRASI. Penurunan harga minyak yang terjadi belakangan masih terhitung wajar.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Komoditas minyak dunia diperkirakan masih punya prospek yang baik pada tahun ini. Bahkan, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) berpotensi menguji level US$ 60 per barel pada tahun ini. Merujuk Bloomberg, harga minyak WTI pada Kamis (28/1) pukul 17.00 WIB tercatat turun 0,74% ke US$ 52.46 per barel.

Analis Central Capital Futures Wahyu Laksono mengatakan, penurunan ini sebenarnya koreksi wajar. Secara fundamental, dia melihat kondisi minyak dunia sebenarnya relatif bagus. Dia menambahkan, berbagai sentimen seperti perkembangan vaksinasi dan stimulus AS sudah priced in alias sudah diperhitungkan pada harga minyak WTI saat ini.

“Sementara dari OPEC+, sejauh ini sepertinya masih cukup seimbang, apalagi beberapa negara dengan sukarela memangkas sedikit produksi hariannya. Walaupun, tidak bisa dipungkiri, pandemi Covid-19 yang belum reda masih menekan permintaan terhadap minyak, jadi peluang pelemahan juga masih cukup terbuka,” kata Wahyu kepada Kontan.co.id, Kamis (28/1).

Kendati demikian, Wahyu optimistis harga minyak WTI masih akan tetap berada di atas US$ 50 per barel untuk beberapa waktu ke depan. Hal ini tercermin dari harga yang masih stabil di atas US$ 50 per barel di tengah gonjang-ganjing suku bunga, ancaman inflasi, hingga rebound indeks dolar AS.

Baca Juga: Harga minyak WTI melemah ke US$ 52,46 per barel, penguatan dolar AS jadi biang keladi

Belum lagi, data terakhir di AS juga menunjukkan adanya penurunan dalam jumlah cadangan minyak. Wahyu bilang, secara global, pasokan minyak juga berpotensi cenderung berkurang. Hal ini didukung oleh beberapa perusahaan minyak terbesar di dunia yang mulai mengurang aktivitas eksplorasi. 

Lebih lanjut, merujuk laporan Reuters, Wahyu menyebut pada 2020 setidaknya lima perusahaan minyak terbesar di dunia memiliki akuisisi onshore maupun offshore terendah dalam lima tahun terakhir. 

“Apalagi, Joe Biden juga mengumumkan telah membuat moratorium berupa suspensi selama 60 hari untuk perizinan pengeboran. Moratorium ini bertujuan untuk melihat seperti apa dampak dari pengeboran minyak dan gas terhadap lingkungan dan iklim bumi,” tambah Wahyu.

Dengan berbagai faktor tersebut, Wahyu meyakini pasokan minyak dunia saat ini bisa dibilang akan berkurang. Oleh karena itu, dia optimistis harga minyak akan tetap bertahan di kisaran US$ 50-an per barel. Adapun, untuk sepanjang tahun ini, ia memperkirakan harga minyak dunia akan bergerak pada rentang US$ 40 per barel-US$ 60 per barel.

Baca Juga: IHSG melemah total 7% enam hari beruntun ke bawah level 6.000 hingga Kamis (28/1)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×