kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga emas menguat ke US$ 1.781 per ons troi usai imbal hasil obligasi AS tergelincir


Senin, 21 Juni 2021 / 16:22 WIB
Harga emas menguat ke US$ 1.781 per ons troi usai imbal hasil obligasi AS tergelincir
ILUSTRASI. Harga emas menguat 1,1% usai pelemahan terburuk sejak 2020 di pekan lalu


Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - LONDON. Harga emas rebound lebih dari 1% pada perdagangan hari ini setelah penurunan mingguan terbesar sejak Maret 2020. Penguatan emas datang setelah imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS) turun dan jeda dalam reli dolar AS.

Senin (21/6) pukul 16.10 WIB, harga emas spot menguat 1,1% menjadi US$ 1.781,86 per ons troi. Sementara itu, harga emas berjangka untuk kontrak pengiriman Agustus 2021 naik 0,8% menjadi US$ 1.782,90 per ons troi.

"Rebound terjadi setelah kenaikan kuat dalam imbal hasil obligasi AS pekan lalu telah mendukung pasar. Ditambah lagi, dolar diperdagangkan sedikit lebih lemah setelah penguatan baru-baru ini," kata Ole Hansen, Head of Commodities Strategy di Saxo Bank.

"Kita akan melihat beberapa konsolidasi dan koreksi. Emas perlu menembus setidaknya di atas US$ 1.800 per ons troi dan pertempuran sebenarnya mungkin lebih di sekitar level US$ 1.820 per ons troi," lanjut Hansen.

Baca Juga: Tengah siang, harga emas spot masih bergerak naik menjadi US$ 1.774,83 per ons troi

Seperti diketahui, yield US Treasury tenor acuan turun ke level terendah sejak akhir Februari di awal sesi. Sejalan dengan itu, posisi dolar AS pun sedikit berubah.

Imbal hasil obligasi yang lebih rendah mengurangi biaya peluang memegang emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil.

Harga emas turun lebih dari 6% pada pekan lalu setelah Federal Reserve mengisyaratkan pengurangan program pembelian asetnya dan mengajukan proyeksi untuk kenaikan suku bunga pasca-pandemi pertama di tahun 2023.

"Selama beberapa bulan ke depan, jika pembacaan inflasi datang lebih tinggi secara konsisten, dan jika kita juga terus melihat kemajuan ini di pasar tenaga kerja, maka pasti pasar akan mulai memperkirakan kemungkinan kenaikan suku bunga pada tahun 2022," kata konsultan riset Metals Focus, Harshal Barot.

Untuk pekan ini, fokus pasar bergeser ke sejumlah pidato para anggota The Fed, termasuk Ketua The Fed Jerome Powell, yang muncul di hadapan Kongres pada hari Selasa (22/6).

Selanjutnya: Tindakan keras China terhadap penambangan kripto meluas

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×