kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Februari deflasi 0,08%, Darmin: Tingkat inflasi terkendali


Jumat, 01 Maret 2019 / 14:37 WIB
Februari deflasi 0,08%, Darmin: Tingkat inflasi terkendali


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik mencatat deflasi Februari sebesar 0,08%. Dengan begitu, inflasi tahun kalender Januari hingga Februari 2019 sebesar 0,24% dan inflasi tahun ke tahun Februari 2,57%.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan tingkat inflasi pada dua bulan pertama tahun ini masih baik. Apalagi, deflasi di Februari ini lebih disebabkan oleh bahan makanan yang harganya mulai menurun.

"Deflasi kita 0,08% itu sumbernya dari bahan makanan terutama dari ayam, telur, bumbu-buan seperti bawang, cabai dan lainnya. Kan panen baru mulai sehingga yang tadinya agak naik, sekarang sudah mulai turun. Jadi dua bulan pertama kita mulai dengan angka inflasi yang cukup terkendali sehingga bagus," jelas Darmin, Jumat (1/3).

Berdasarkan data BPS, deflasi terjadi karena penurunan harga yang terjadi pada kelompok bahan makanan yakni sebesar 1,11% dan memilki andil 0,24% pada deflasi Februari 2019. Dari 11 subkelompok bahan makanan, 7 kelompok mengalami deflasi dan 3 subkelompok mengalami inflasi.

Komoditas yang dominan memberikan andil pada deflasi adalah daging ayam ras, cabai merah masing-masing 0,06%, telur ayam ras sebesar 0,05%, bawang merah sebear 0,04%, cabai rawit sebesar 0,02% dan ikan segar, wortel, dan jeruk yang masing-masing 0,01%. Sementara komoditas yang dominan memberikan andil pada inflasi adalah beras, mie kering instant, dan bawang putih masing-masing 0,01%.

Darmin mengakui, pemerintah memiliki peran dalam penurunan harga. Seperti penyediaan jagung untuk pakan ternak, sehingga makanan ayam tersedia dan membantu menurunkan harga ayam dan telur. "Kalau cabai dan bawang itu karena musimnya memang sekarang panennya mulai keluar. Yang tadinya di paceklik itu tidak ada barangnya, sekarang sudah ada," jelas Darmin.

Sementara itu, kelompok lainnya masih mengalami inflasi. Makanan Jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami inflasi sebesar 0,31%. Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar mengalami inflasi sebesar 0,25%, kelompok sandang mengalami inflasi 0,27%, kesehatan mengalami inflasi 0,36%, pendidikan, rekreasi dan olaghraga mengalami inflasi 0,11%, transportasi, komunikasi dan jasa keuangan mengalami inflasi 0,50%.

Khusus untuk kelompok transportasi, komoditas yang dominan memberikan andil pada deflasi adalah bensi yakni sebear 0,03%. Hal ini disebabkan adanya penurunan harga bahan bakar minyak non subsidi di Februari. Sementara, komoditas yang memberikan andil pada inflasi adalah tarif angkutan udara sebesar 0,03% dan mobil sebesar 0,01%.

Lebih lanjut Darmin mengakui inflasi yang terlalu sering tidak akan berdampak baik bagi perekonomian nasional. Akaan tetapi, karena sebelumnya inflasi lebih disebabkan oleh kenaikan harga pangan yang signifikan, deflasi akibat penurunan harga saat ini sudah termasuk bagus.

"Dulu harga daging dan telur ayam itu sempat naik di atas 15%, kalau turun sedikit ya bagus. Tetapi kalau tadinya normal-normal saja kemudian deflasi jelas tidak bagus. Kalau harga cabai naik karena paceklik, orang tidak panen cabai, kemudian dia mulai panen, kemudian harganya turun, ya itu bagus. Cara melihatnya begitu, jangan pakai rumusan umum," terang Darmin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×