kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Diselimuti sentimen negatif, harga CPO masih berada dalam tren pelemahan


Jumat, 18 Juni 2021 / 07:49 WIB
Diselimuti sentimen negatif, harga CPO masih berada dalam tren pelemahan
ILUSTRASI. Pekerja mengumpulkan buah sawit di sebuah RAM Kelurahan Purnama Dumai, Riau, Jumat (21/5/2021).


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga komoditas minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) Malaysia masih belum keluar dari tren pelemahan. Pada perdagangan kemarin, Kamis (17/6/), harga CPO kontrak September 2021 di Bursa Malaysia Derivative Exchange ditransaksikan melemah 0,24% ke RM 3.396/ton.

Founder Traderindo.com Wahyu Laksono menjelaskan, koreksi yang terjadi pada CPO sebenarnya sudah diantisipasi. Apalagi, harga CPO sudah menguat tajam dan menembus level tertingginya, wajar pada akhirnya jika mengalami koreksi. Dari sisi fundamental, ia menyebut saat ini kondisinya memang tidak menguntungkan bagi CPO.

“Sentimen pertama adalah pernyataan The Fed pada FOMC Meeting kemarin yang membuat dolar Amerika Serikat (AS) menguat, yang pada akhirnya menekan harga komoditas, termasuk CPO. Dari sisi supply dan demand, saat ini juga sedang tidak seimbang,” kata Wahyu kepada Kontan.co.id, Kamis (17/6).

Baca Juga: Saham Unilever Indonesia (UNVR) anjlok 30,95% sejak awal tahun, ini pemicunya

Menurutnya, saat ini sedang ada ekspektasi akan lebih tingginya produksi CPO seiring memasuki musim puncak produksi. Namun di satu sisi, permintaan terhadap CPO sedang turun.

Penurunan harga CPO juga mengekor turunnya harga minyak kacang kedelai di AS imbas dari kekhawatiran bahwa persyaratan pencampuran biofuel di AS akan dikurangi oleh Badan Perlindungan Lingkungan AS

Tak hanya di AS, koreksi harga minyak kedelai juga terjadi di Argentina dan Ukraina yang pada akhirnya menambah tekanan lebih lanjut untuk harga CPO. Wahyu juga bilang, adanya isu biaya ekspor turut menjadi sentimen negatif bagi CPO saat ini.

“Pelaku pasar di India tengah menunggu kemungkinan pengurangan bea masuk CPO hingga 10%, sementara penjual di pasar Indonesia juga mengantisipasi pengurangan pungutan ekspor sebesar $100/mt, meskipun belum ada berita resmi tentang kedua tarif yang diumumkan hingga saat ini,” imbuh Wahyu.

Baca Juga: Begini kata pengamat soal potensi ekspor minyak jelantah asal Indonesia

Di satu sisi, pergerakan bullish CPO yang sempat naik hingga 134% ke level all time high pada RM 4.761 per ton memang sudah kelewat tinggi. Wahyu menyebut koreksi pada akhirnya adalah hal yang wajar.

Ia memproyeksikan, pergerakan harga CPO sepanjang sisa tahun ini akan ada di rentang RM 3.300 - RM 3.700 per ton, dengan level RM 3.600 sebagai gravitational area.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×