kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Catat strategi berinvestasi ketika optimisme pasar mulai meredup


Senin, 25 Januari 2021 / 16:36 WIB
Catat strategi berinvestasi ketika optimisme pasar mulai meredup
ILUSTRASI. Investor asing masih mencatatkan beli bersih sebesar Rp 11,32 triliun hingga 22 Januari 2021.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah terus tancap gas, pasar modal mulai kehilangan tenaga. Optimisme pasar mulai memudar seiring dengan berita positif yang sudah mulai “habis” setelah pelantikan Joe Biden dan dimulainya penyediaan vaksin fase pertama di Indonesia. 

Infovesta Utama dalam riset mingguan yang dipublikasikan pada Senin (25/1) mengungkapkan, fokus utama pasar saat ini adalah kebijakan lockdown yang diberlakukan di beberapa negara. Indonesia pun kembali memperpanjang pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) hingga 8 Februari 2021.

Sementara dari sisi global, harapan berakhirnya perang dagang Amerika Serikat (AS)-China juga memudar seiring pernyataan dari calon menteri Biden, yakni Janet Yellen yang masih akan bersikap negatif terhadap China. Dus harapan meredanya perang dagang antara kedua negara tersebut mulai dipertanyakan. Jika sampai perang dagang terus berlanjut maka dapat menghambat pemulihan ekonomi global. 

Di sisi lain, langkah program stimulus sebesar US$ 1,9 triliun yang diajukan oleh Biden ditentang oleh banyak anggota kongres dari partai Republik menimbulkan keresahan baru bagi investor.  "Pada akhirnya pasar saham Indonesia berpotensi terkoreksi dalam jangka pendek karena sentimen negatif yang sempat menekan kinerja saham seperti kelanjutan PKPM serta IHSG yang sudah mengalami kenaikan tinggi beberapa bulan terakhir di tahun 2020," tulis Infovesta Utama dalam riset.

Baca Juga: IHSG turun tiga hari beruntun hingga Senin (25/1), asing masih mencatat net buy

Namun, investor asing masih mencatatkan beli bersih sebesar Rp 11,32 triliun hingga 22 Januari 2021. Selama bulan Januari, IHSG telah naik 5,49% ke level 6.307,13 hingga 22 Januari 2021. 

Untuk jangka panjang, pasar saham dinilai masih menarik. Bberdasarkan pendekatan price to earnings ratios selama 10 tahun dari IHSG saat ini, IHSG relatif murah dengan 13x di bawah rata-rata -1 standar deviasi dari 14x.

Sementara untuk pasar obligasi, kepemilikan asing di SBN cenderung turun walaupun pada 21 Januari 2021 secara month to date posisi kepemilikan asing naik sebesar Rp 3,93 triliun. Tren penurunan kepemilikan asing ini diiringi dengan tren kenaikan yield suku bunga serta kenaikan persepsi risiko pada obligasi pemerintah Indonesia melalui CDS 5 year naik ke 87,88 (18 Januari 2021) dari 67,90 (28 Desesember 2020). 

Baca Juga: Ini beda indeks sektoral baru IDX Industrial Classification (IDX-IC) dengan JASICA

Pasar obligasi Indonesia masih menarik walaupun dengan kenaikan yang lebih terbatas dibandingkan tahun lalu seiring tingkat suku bunga lokal dan global masih dipertahankan di level rendah setidaknya hingga akhir tahun 2021. Selain itu, investor juga menantikan sentimen pengumuman suku bunga The Fed minggu ini yang diperkirakan akan tetap dovish

"Dengan demikian, investor dapat menggunakan strategi average down atau buy on weakness dan menggunakan momen ini untuk mengoleksi reksadana berbasis saham dengan harga yang lebih murah," ungkap Infovesta.

Selain itu, untuk reksadana berbasis pendapatan tetap investor dapat mempertimbangkan produk reksadana dengan dominasi produk berbasis SBN untuk membatasi risiko gagal bayar di tengah pandemi Covid-19 yang masih belum berakhir.

Baca Juga: Hanya reksadana pasar uang yang menguat dalam sepekan terakhir

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×