kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis wealth management perbankan tetap tumbuh meski banyak tantangan


Minggu, 23 Juni 2019 / 07:04 WIB
Bisnis wealth management perbankan tetap tumbuh meski banyak tantangan


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan masih bisa mencatatkan pertumbuhan bisnis wealth management walaupun menghadapi tantangan besar. Ini tercermin dari peningkatan dana kelolaan yang ditorehkan sejumlah bank.

Bisnis wealth management di awal tahun 2019 cukup menantang di tengah kondisi pasar yang tertekan akibat pelemahan rupiah, turunnya indeks bursa saham, dan ditambah dari tekanan dari pemilu.

PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) misalnya mencatatkan dana kelolaan dari dana nasabah-nasabah kaya senilai Rp 197 triliun per Mei 2019 atau tumbuh 14,5% dari periode yang sama tahun lalu. Bisnis ini mampu menyumbang fee based income sebesar Rp 174 miliar, naik 3% dari kontribusi per Mei 2018.

Herry Gunardi, Direktur Bisnis dan Jaringan Bank Mandiri mengatakan, capaian tersebut masih sesuai dengan ekspektasi. Dia meyakini, potensi pertumbuhan bisnis wealth management Bank Mandiri ke depan masih besar mengingat masih banyaknya aset milik WNI yang masih berada di luar negeri yang berdasarkan data Ditjen Pajak Kementerian Keuangan mencapai Rp 1.300 triliun.

"Melihat potensi tersebut, Bank Mandiri terus berinisiatif untuk mengembangkan keberagaman produk untuk memacu pertumbuhan bisnis ini. Selain itu, edukasi perencanaan finansial, pengelolaan portofolio, dan peningkatan kapabilitas SDM pengelola nasabah juga terus kami tingkatkan guna melayani kebutuhan investasi nasabah," kata Herry kepada Kontan.co.id, Jumat (21/6).

Sejak April 2018, Bank Mandiri telah berkolaborasi dengan anak usahanya yakni Mandiri Investasi dan Lombard Odier dalam Layanan Pengelolaan Dana Nasabah Individual (PDNI). Ini merupakan solusi bagi nasabah dimana seluruh portofolio efek nasabah akan dikelola secara profesional oleh Mandiri Investasi dengan berbagai pilihan produk investasi onshore maupun offshore yang beragam.

Untuk terus mendorong bisnis ini, tambah Herry, pihaknya akan terus memperbaiki dan meningkatkan layanan serta mengembangkan produk sebagai solusi berbagai kebutuhan nasabah dalam berinvestasi. Di akhir Juni 2019, Bank Mandiri bekerja sama dengan AXA Mandiri akan meluncurkan produk asuransi khusus segmen prioritas dan private yaitu Mandiri Wealth Plan.

Setali tiga uang, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) pun berhasil mencatatkan pertumbuhan dana kelolaan atau assets under management (AUM) sebesar 22% per Mei 2019 menjadi Rp 101,6 triliun dari periode yang sama tahun lalu. Adapun fee based income yang dihasilkan bisnis ini telah mencapai Rp 141,6 miliar.

Sama seperti Bank Mandiri, BRI juga melihat bahwa prospek bisnis wealth management masih cukup bagus seiring dengan meningkatnya masyarakat kelas menengah atas di Indonesia.

Tahun ini, BRI menargetkan dana kelolaan bisnis wealth management mencapai Rp 104,6 triliun lebih atau tumbuh sekitar 7% dari tahun lalu. Sedangkan pendapatan komisi dari bisnis ini diharapkan mencapai Rp 481,3 miliar atau tumbuh 27% (yoy).

Sebagai upaya mengakselerasi bisnis wealth management, Bambang Tribaroto, Sekretaris Perusahaan BRI mengatakan, pihaknya akan fokus dalam peningkatan baik dari dana DPK maupun AUM nasabah dari produk-produk bancassurance dan investasi.

"Strateginya meliputi pengembangan kompetensi dan penambahan jumlah tenaga pemasar, meningkatkan customer experience dan benefit serta tentu saja dengan pengembangan produk bancassurance dan investasi bagi nasabah," kata Bambang.

Baru-baru ini, BRI meluncurkan dua produk bancassurance bagi nasabah BRI Prioritas yaitu Davespro dan Davestera Optima Syariah. BRI juga telah memiliki produk investasi saat ini diantaranya produk konvensional dan non konvensional seperti reksadana, fixed income, treasury product.

Sementara Neny Asriani, GM Divisi Wealth Management BNI mengatakan, bisnis wealth management di awal tahun 2019 ini cukup menantang terutama akibat kondisi pasar yang cukup tertekan. "Meskipun demikian AUM kami di bulan Mei secara yoy masih mengalami kenaikan 16%," kata Neny.

Neny bilang, capaian tersebut masih di bawah ekspektasi. Meski begitu, dirinya melihat bisnis wealth management di paruh kedua akan memiliki prospek yang lebih menjanjikan karena proses pemilu telah berakhir. "Kenaikan rating Indonesia dari S&P kami harapkan juga akan menunjang iklim investasi yang pada akhirnya akan berdampak positif pada perkembangan bisnis kami," tambah Neny.

Produk-produk berbasis obligasi diperkirakan akan banyak berperan dalam menunjang bisnis BNI. Kebutuhan pembiayaan infrastruktur akan meningkatkan emisi obligasi dan didukung pula dengan potensi penurunan suku bunga serta kebijakan pelonggaran pajak obligasi infrastruktur yang baru saja dikeluarkan pemerintah.

Guna mendorong pertumbuhan bisnis wealth management, BNI akan terus mengembangkan transaksi digital. Kemudahan transaksi digital akan mendorong pertumbuhan bisnis. Selain itu, bank dengan kode saham BBNI ini juga akan melanjutkan pengembangan produk berbasis asuransi.

Tak ketinggalan Bank Commonwealth juga menorehkan pertumbuhan bisnis wealth management. Presiden Direktur Commonwealth , Lauren Sulistiawati mengungkapkan total outstanding dana kelolaan mereka per Mei mencapai Rp 12 triliun.

"Bisnis ini sebetulnya sangat tergantung pada kondisi ekonomi makro. Bulan Juni cukup bagus karena bond market cukup aktif. Tetapi sebelum lebaran memang agak slow. Kami harapkan semester II akan bergerak lebih baik lagi," kata Lauren.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×