kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis Trans Power Marine (TPMA) diyakini tumbuh 15% secara kuartalan di triwulan II


Jumat, 25 Juni 2021 / 15:59 WIB
Bisnis Trans Power Marine (TPMA) diyakini tumbuh 15% secara kuartalan di triwulan II


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga komoditas masih terus membara sepanjang tahun ini. Kemarin, harga batubara di pasar ICE Newcastle berada di US$ 128,4 per ton. Level tersebut merupakan yang tertinggi sejak 2011 silam. Sementara jika dihitung secara year to date, penguatan harga batubara sudah sebesar 59,47%.

Dengan tren positif harga si batu hitam ini sepanjang tahun ini, tak pelak, bisnis batubara ikut ketiban berkahnya. Hal ini turut dirasakan oleh PT Trans Power Marine Tbk (TPMA) yang bergerak di bidang logistik dan pelayaran yang menyediakan jasa angkut batubara. 

Direktur TPMA Rudy Sutiono mengatakan, kenaikan harga batubara belakangan ini membuat para pemain tambang batubara meningkatkan produksi mereka. Hal tersebut pada akhirnya ikut meningkatkan kebutuhan akan pengangkutan batubara. Dengan membaiknya industri batubara, Rudy optimistis kinerja TPMA pada kuartal II-2021 akan mengalami pertumbuhan.

Baca Juga: Armada Berjaya Trans (JAYA) lebarkan bisnis ke sektor properti

“Jika melihat kondisi saat ini, kami percaya kinerja TPMA pada kuartal ini bisa naik 10-15% secara kuartalan. Selain batubara, industri nikel juga sedang tumbuh sehingga kebutuhan akan jasa pengangkutan tetap tinggi,” kata Rudy kepada Kontan.co.id, Kamis (24/6).

Adapun, pada kuartal I-2021 kemarin, TPMA berhasil mencatatkan pendapatan sebesar US$ 9,53 juta dengan laba periode berjalan sebesar US$ 930.246.

Menyambut paruh kedua tahun ini, Rudy optimistis permintaan akan batubara masih tetap tinggi sehingga industri batubara masih akan tetap tumbuh. Dari sisi kebutuhan ekspor, China saat ini terus menggenjot aktivitas ekonomi mereka setelah berhasil melalui pandemi Covid-19. Pabrik-pabrik sudah kembali beroperasi dan produksinya pun meningkat, hal ini dengan sendirinya akan mengerek permintaan batubara.

Ditambah lagi, China masih memberlakukan kebijakan larangan impor batubara dari Australia. Hal ini pada akhirnya membuat China melirik batubara dari Indonesia sehingga menjadi katalis positif untuk industri batubara dalam negeri.

Sementara untuk kebutuhan batubara dalam negeri juga tidak kalah tinggi. Menurutnya, saat ini kebutuhan batubara untuk PLN terus meningkat, seiring dengan beroperasinya ragam sektor industri di tanah air yang sempat terhambat akibat kondisi pandemi tahun lalu. 

Baca Juga: Simak kinerja Guna Timur Raya (TRUK) yang berhasil pangkas rugi bersih di kuartal 1

“Kami di TPMA sendiri punya transaksi untuk kedua macam pasar. Untuk kebutuhan lokal, kami ada transaksi pengangkutan dari pulau ke pulau. Kalau yang orientasi ekspor, namanya transaksi transhipment, yakni dari pelabuhan ke kapal besar yang nantinya diangkut untuk ekspor. Secara sumbangsih ke pendapatan TPMA, masing-masing transaksi berkontribusi 50%,” jelasnya.

Selain itu, Rudy bilang pihaknya juga akan menegosiasikan ulang biaya angkutan ke para pelanggannya. Pasalnya, pada tahun lalu memang ada penyesuaian harga seiring kondisi bisnis tahun lalu yang lesu akibat pandemi. Dengan kondisi bisnis yang membaik, ia berharap bisa melakukan negosiasi untuk adanya peningkatan tarif pengangkutan.

Adapun, TPMA memiliki pelanggan grup besar Sinar Mas Group, Grup ITMG Group, Korindo Group. Holcim, dan lain-lain. 




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×