Reporter: Astri Kharina Bangun | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) menilai, perdagangan berjangka komoditi primer di Indonesia masih belum
berkembang. Hal ini terlihat dari sedikitnya kontrak komoditi primer yang diperdagangkan di bursa berjangka Indonesia.
Padahal, Indonesia merupakan negara produsen utama dunia untuk beberapa komoditas primer, seperti CPO, kakao, karet, kopi, timah, dan batubara.
"Sepanjang 2010 hanya ada tiga kontrak komoditi primer yaitu olein, CPO, dan emas beserta turunannya. Total volumenya 232.797 lot atau
hanya 4,13% dari total seluruh volume transaksi perdagangan berjangka tahun 2010," kata Kepala Bappebti Syahrul R Sempurnajaya, Senin (11/4).
Tapi, volume transaksi perdagangan berjangka di Indonesia sebetulnya menunjukkan kenaikan. Total volume transaksi dari dua bursa berjangka
di Indonesia, yakni Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) serta Bursa Komoditas dan Derivatif Indonesia (BKDI) pada 2010 meningkat 26,10% dibanding 2009, yaitu menjadi 5,633 juta lot.
Syahrul menyebut, beberapa faktor yang membuat belum likuidnya transaksi kontrak berjangka komoditi primer di bursa berjangka Indonesia. Pertama, masih kurangnya partisipasi aktif pelaku pasar dalam melakukan transaksi komoditi primer di bursa berjangka. Dia mengatakan dari total 62 pialang terdaftar, baru 53 pialang yang aktif melakukan transaksi.
Kedua, masih kurangnya dukungan dan kerjasama yang baik antara bursa berjangka dengan stakeholder, asosiasi komoditi, dan perguruan tinggi
dalam rangka sosialisasi dan edukasi. Lalu, ketiga, masih terbatasnya tempat penyerahan dalam rangka penyerahan fisik di beberapa daerah sentra
produksi komoditi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News