kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bank Indonesia (BI): Efek perang dagang menjadi salah satu alasan menurunkan bunga


Kamis, 18 Juli 2019 / 16:43 WIB
Bank Indonesia (BI): Efek perang dagang menjadi salah satu alasan menurunkan bunga


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketegangan hubungan dagang Amerika Serikat (AS) dan China yang berlanjut terus menekan volume perdagangan dunia dan memperlambat pertumbuhan ekonomi global. Itu pula yang menjadi salah satu pertimbangan Bank Indonesia (BI) menggunting suku bunga.

BI memangkas suku bunga acuan atau BI 7-day Reverse Repo Rate (BI-7DRR) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75%. Pemangkasan bunga ini menjadi yang pertama di tahun ini.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, stimulus moneter inilah yang perlukan guna mendorong perekonomian Indonesia. Sementara, ekonomi Amerika Serikat (AS) diperkirakan tumbuh melambat akibat ekspor yang menurun sebagai dampak ketegangan hubungan dagang, stimulus fiskal yang terbatas, serta keyakinan pelaku ekonomi yang belum kuat.

Di sisi lain, perang dagang berdampak pula terhadap pertumbuhan ekonomi kawasan Eropa yang juga melambat. Pelambatan ekonomi Eropa juga dipengaruhi penurunan kinerja ekspor dan permasalahan struktural terkait aging population, yang kemudian berpengaruh pada permintaan domestik.

Kinerja ekspor yang menurun serta permintaan domestik yang melambat juga terjadi di Tiongkok dan India. Ekonomi global yang melemah pada gilirannya makin menekan harga komoditas, termasuk harga minyak.

Sejumlah bank sentral di negara maju dan negara berkembang merespons dinamika ekonomi yang kurang menguntungkan ini dengan menempuh kebijakan moneter yang lebih longgar, termasuk bank sentral AS yang diprediksi menurunkan suku bunga pada akhir bulan ini.

“Respons kebijakan tersebut mengurangi ketidakpastian pasar keuangan global dan mendorong aliran masuk modal asing ke negara berkembang,” kata Perry, Kamis (18/7).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×