kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45981,69   -8,68   -0.88%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Astrindo Nusantara (BIPI) geber sembilan proyek infrastruktur energi


Senin, 20 Mei 2019 / 20:18 WIB
 Astrindo Nusantara (BIPI) geber sembilan proyek infrastruktur energi


Reporter: Filemon Agung | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Astrindo Nusantara Infrastruktur (BIPI) berencana melakukan right issue pada akhir Juli 2019 sebagai salah satu sumber pendanaan sembilan proyek infrastruktur energi.

CFO & Direktur Keuangan BIPI Michael Wong bilang, kesembilan proyek tersebut tersebar di Sumatera dan Kalimantan. Kesembilan proyek ini menurut Michael memiliki besaran investasi sekitar US$ 2,5 miliar dan semuanya dalam tahap uju kelayakan (feasibility study). "Jika semua berjalan lancar kami perkirakan bisa memberikan sekitar US$ 400 juta per tahun terhadap EBITDA kami," ungkap Michael di Jakarta, Senin (20/5).

Adapun demi mencari sumber permodalan, BIPI merencanakan Right Issue pada akhir Juli 2019. Lebih jauh Michael menyebut lewat right issue tersebut perusahaan berharap dapat menjual saham dengan harga di atas Rp 50 per saham. "Ketika right issue nanti dengan melihat valuasi perusahaan kami meyakini pasar dapat menilai berapa harga saham kami," jelas Michael.

Mengutip laporan Kontan.co.id, BIPI akan rights issue sebanyak 7 miliar saham baru dan maksimal 14 miliar saham hasil eksekusi waran yang menyertai HMETD. Adapun besaran dana yang ditargetkan sebesar Rp 1 triliun.

"Untuk rencana right issue bisa kami pastikan kami sudah punya pembeli siaga," ungkap Michael. Sayangnya dalam kesempatan tersebut Michael belum bisa mengungkapkan lebih jauh mengenai kepastian pembeli siaga ini.

Selain right issue, Michael tidak menutup kemungkinan BIPI akan mencari pendanaan lewat investor maupun pihak ketiga.

Kesembilan proyek infrastruktur energi yang tersebar di Sumatera dan Kalimantan ini ditargetkan rampung bertahap. "Kami harap satu proyek bisa finalisasi studi kelayakan (feasibility study /fs) pada kuartal III 2019," jelas Michael.

Dia menyebut jika proses FS telah rampung barulah perusahaan dapat memastikan lebih lanjut seputar pendanaan. Masih menurut Michael, untuk proyek-proyek tersebut BIPI tidak menutup kemungkinan untuk menggandeng partner. "Partner dari luar (negeri) tapi tetap dengan kami sebagai mayoritas," jelas Michael.

Terkait kinerja perusahaan, Michael menambahkan belum ada penyerapan belanja modal atau capital expenditure (apex). "Capex akan muncul saat kita mulai investasi di proyek-proyek yang baru," jelas Michael.

Selain itu, Michael menambahkan, aset-aset perusahaan telah berjalan 100% sehingga berdampak pada peningkatan pendapatan perusahaan. Pada kuartal I 2019, BIPI memperoleh pendapatan sebesar US$ 16,03 juta atau naik dari capaian di periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 367.000.

"Pendapatan bersumber dari salah satu anak perusahaan yakni PT Mitratama Perkasa (PTMP) yang bisa kita konsolidasikan secara penuh," jelas Michael. Namun menurutnya hal ini belum merepresentasikan 100% pendapatan perusahaan sebab satu anak perusahaan yakni PT Nusa Tambang Pratama (NTP) yang memiliki pendapatan lebih besar namun belum bisa dikonsolidasikan.

"PTMP hanya merefleksikan sepertiga dari total pendapatan perusahaan," ungkap Michael. Michael menambahkan, dalam PT NTP, pihak Astrindo meerupakan joint venture sehingga secara PSAK pendapatan anak perusahaan tidak bisa di konsolidasikan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×