kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

ABM Investama (ABMM) targetkan mampu tekan biaya operasional 15%


Minggu, 16 Juni 2019 / 20:03 WIB
ABM Investama (ABMM) targetkan mampu tekan biaya operasional 15%


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan penambangan batubara masih digempur tantangan berupa penurunan harga batubara sejak akhir tahun lalu, terlebih untuk batubara berkalori menengah ke bawah. Hal ini membuat PT ABM Investama Tbk (ABMM) terus melakukan efisiensi biaya produksi.

Direktur ABM Investama Adrian Erlangga Sjamsul mengungkapkan, pada 2019 mereka menargetkan penurunan biaya operasi hingga 15% lebih kecil ketimbang tahun sebelumnya.

“Penurunan harga batubara tidak bisa kita kontrol, yang bisa kita kontrol adalah biaya, melakukan efisiensi tanpa mengganggu operasi itu penting,” ujarnya pada Kontan.co.id, Sabtu (15/6).

Selanjutnya, ia bilang dalam kegiatan operasi ada biaya-biaya perawatan yang harus mereka keluarkan ketika harga turun ataupun tidak. Menurutnya efisiensi biaya operasi memang harus dilakukan secara konsisten, bukan hanya saat adanya penurunan harga batubara.

Dampak penurunan harga batubara ini sudah tercermin pada capaian kinerja mereka di kuartal pertama tahun ini, ABMM mengantongi pendapatan sebesar US$ 144,90 juta, nilai ini turun 21,49% dari periode yang sama tahun sebelumnya US$ 184,56 juta.

Selain itu, ABMM mencatatkan rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan pada entitas induk atau rugi bersih sebesar US$ 199,75 juta di kuartal I-2019. Padahal pada kuartal I-2018 ABMM masih menorehkan laba bersih US$ 6,91 juta.

Sebagai informasi, batubara yang mereka produksi memiliki kalori sebesar 3.400 kkal/kg dan 4.200 kkal/kg, untuk pasarnya mereka jual ke pasar domestik, China, India, Vietnam, dan Taiwan. Adrian menuturkan saat ini belum ada pasar ekspor baru.

Hingga akhir Juni tahun ini ia memproyeksi sudah bisa memproduksi sebesar 6 juta ton batubara dari total target produksi tahun ini sebanyak 12,5 juta ton batubara. Hingga kuartal pertama tahun ini mereka sudah mengeduk 3,1 juta ton batubara.

Melalui anak usaha yang bergerak di bidang jasa penambangan batubara, mereka mengincar produksi pengupasan lapisan tanah penutup sebanyak 180 juta bank cubic meter.

Selain harus mengatur strategi untuk tetap bertahan saat adanya penurunan harga batubara, ABMM juga memiliki niatan untuk melakukan akuisisi tambang baru yang berlokasi di Kalimantan Timur.

Adrian mengaku hingga saat ini prosesnya masih menunggu adanya pembenahan pada tambang yang akan mereka akuisisi tersebut. “Dari kita sudah siap investasi, kita sudah siapkan dana untuk akuisisi di bawah US$ 100 juta,” ungkapnya.

Sumber dana untuk melakukan akuisisi itu diperoleh dari kas internal. Adapun tambang yang akan dicaplok ini merupakan tambang yang sudah beroperasi dengan cadangan sebanyak 100 juta ton batubara. Pihaknya belum menentukan bakal mengambil porsi mayoritas atau tidaknya.

Ia pun tak menampik kemungkinan untuk melakukan pembiayaan dari bank apabila jumlah dana yang mereka butuhkan lebih besar dari dana yang sudah ABMM siapkan.

“Kita harap bisa secepatnya, setelah dilakukan beberapa pembenahan baru kita masuk,” imbuhnya.

Sedangkan untuk belanja modal pada tahun ini mereka menyiapkan dana sebesar US$ 60 juta yang digunakan untuk perawatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×