kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

6 pola makan sehat untuk solusi tahun baru


Jumat, 29 Desember 2017 / 22:30 WIB
6 pola makan sehat untuk solusi tahun baru


Sumber: Kompas.com | Editor: Dessy Rosalina

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saat liburan tahun baru, tentu akan makan dengan lahap. Hampir setiap makanan bila tak dijaga dengan baik akan dilahap. Nah, ada beberapa hal yang bisa dilakukan agar terhindar dari masalah kesehatan pada tahun 2018.

Berikut ini enam kebiasaan baik yang bisa memperpanjang umur Anda dan bisa Anda jadikan resolusi di tahun 2018 nanti:


1. Kunyah makanan secara perlahan 

Anda bisa memulai dengan mengunyah makanan secara perlahan agar mengasup rendah kalori.

Sebab, orang yang mengunyah perlahan cenderung tidak mengalami obesitas atau tak punya masalah metabolisme, penyakit jantung, diabetes dan risiko stroke, menurut penelitian terbaru yang dipresentasikan di American Scientific Sessions 2017, sebuah acara global yang diadakan pada bulan November yang membagikan perkembangan terbaru dalam ilmu kardiovaskular.

"Mengunyah lebih lambat mungkin merupakan perubahan gaya hidup yang penting untuk membantu mencegah sindrom metabolik," kata Takayuki Yamaji, seorang ahli jantung di Universitas Hiroshima di Jepang dan penulis studi tersebut. 

"Saat orang makan cepat, mereka cenderung tidak merasa kenyang dan lebih cenderung makan berlebihan. Makan cepat menyebabkan fluktuasi glukosa yang lebih besar, yang dapat menyebabkan resistensi insulin,” kata Takayuki. 

Waspadalah terhadap kalori, terutama saat Anda sedang santai. Orang Amerika sendiri tercatat hampir 6 persen lebih banyak mengasup kalori pada hari Sabtu daripada hari lain dalam sepekan, dan 3 persen lebih banyak pada hari Jumat, menurut analisis penghitung jutaan kalori dari aplikasi penurunan berat badan Lose It! 


2. Kurangi makan camilan

Industri makanan camilan di Amerika Serikat fantastis, nilainya 33 milliar dollar AS, dengan rata-rata setiap rumah menghabiskan 133 dollar AS setiap tahun untuk camilan di sela makan makanan utama, menurut data yang dirilis Nielsen.

Hampir seperempat (24 persen) orang makan camilan di sela-sela makan utama dibanding lima tahun lalu, atau 21 persen jika menurut riset lain dari NPD Group.

Di sisi lain, camilan sehat juga turut meningkat. Produk camilan ringan yang tidak dimodifikasi secara genetik meningkat lebih dari 18 persen dalam penjualan selama lima tahun terakhir, diikuti oleh produk camilan yang bebas dari pewarna dan rasa buatan (16 persen) dan tidak/dikurangi mengandung gula (11 persen). Relatif, rata-rata camilan hanya mengalami kenaikan lebih dari 1 persen.


3. Hindari terlalu sering order makanan di luar

Memasak makanan sendiri di rumah jauh lebih baik untuk kesehatan, dibanding harus makan di restoran atau order makanan via online.

Jumlah layanan delivery atau pesanan makanan lewat telepon dan internet melonjak 18 persen tahun lalu menjadi 1,9 miliar, menurut temuan NPD. Makan malam adalah makanan yang paling sering dipesan secara online, dan keluarga adalah pengguna digital terberat pemesanan daring.

Orang-orang yang berusia di bawah 35 tahun dan mereka yang memiliki pendapatan rumah tangga yang lebih tinggi adalah pengguna pemesanan daring di atas rata-rata dengan aplikasi seperti Seamless dan Grubhub. Di Indonesia sendiri juga terdapat beberapa aplikasi yang terhubung dengan ojek online yang dikhususkan untuk pemesanan makanan.

Atas dasar situasi tersebut, orang-orang menjadi kurang memiliki kontrol atas apa yang masuk ke makanan mereka saat mereka memesan—yang turut serta dapat mengurangi kesehatan mereka.

Orang Amerika Serikat sendiri mendapatkan sebagian besar sodium harian mereka—lebih dari 75 persen—dari makanan olahan dan makanan restoran, menurut Centers for Disease Control and Prevention. Orang-orang makan rata-rata 200 kalori lebih banyak per makanan saat mereka makan makanan dari restoran, menurut sebuah penelitian tahun 2015.


4. Kurangi konsumsi garam 

"Kelebihan sodium bisa meningkatkan tekanan darah dan risiko terkena penyakit jantung dan stroke," demikian menurut riset CDC.

Bersamaan dengan itu, penyakit jantung dan stroke membunuh lebih banyak orang Amerika Serikat setiap tahun daripada penyebab lainnya. Selain itu, mereka mendapatkan 71 persen sodium harian mereka dari makanan olahan dan restoran.

Memasak untuk diri sendiri adalah pilihan paling aman dan paling sehat.

Hampir 9 dari 10 anak-anak di Amerika Serikat makan lebih banyak sodium daripada yang direkomendasikan, dan sekitar 1 dari 9 anak-anak telah menaikkan tekanan darah, kata CDC.

Orang harus mengonsumsi kurang dari 2.300 miligram sodium setiap hari, CDC merekomendasikan. Mereka yang berusia 51 tahun ke atas harus membatasinya sampai 1.500 miligram. Namun, kebanyakan orang Amerika Serikat mengonsumsi 3.400 miligram garam per hari.


5. Hindari minum soda

Sebuah artikel New York Times yang diterbitkan awal bulan ini mengatakan bahwa Presiden AS Donald Trump mengonsumsi "selusin minuman ringan bersoda bebas gula" setiap hari.

Namun, para peneliti terpecah atas apakah minuman bersoda bebas gula itu benar-benar membantu orang menurunkan berat badan, menurut sebuah tinjauan ulang tahun 2017 tentang penelitian yang diterbitkan di Canadian Medical Association Journal. Satu teori: minuman ringan bersoda bebas gula bisa mengondisikan tubuh untuk membutuhkan kalori.

Minuman yang dimaniskan secara artifisial terkait dengan peningkatan risiko stroke dan demensia, demikian menurut jurnal Stroke American Heart Association.

Studi tahun 2015 lainnya menemukan bahwa perempuan yang lebih tua yang mengonsumsi dua atau lebih minuman bersoda bebas gula per hari, 30 persen lebih mungkin mengalami masalah kardiovaskular. Apalagi soda biasa berkaitan dengan masalah obesitas.


6. Hati-hati dengan minuman alkohol

Satu dari delapan orang Amerika Serikat melawan kecanduan alkohol, menurut sebuah penelitian pada bulan September 2017 yang dipublikasikan di JAMA Psychiatry.

"Amerika Serikat menghadapi krisis dengan penggunaan alkohol yang saat ini semakin memburuk," katanya. Mengobati kecanduan alkohol sekarang merupakan industri bernilai miliaran dollar AS dan menghabiskan biaya medis sebesar 223 miliar dollar AS.

Sekalipun rendah alkohol, tetap saja terkait dengan beberapa risiko termasuk kanker payudara, kolon, kerongkongan, serta kepala dan leher, demikian menurut penelitian terbaru yang dikaji oleh American Society of Clinical Oncology.  

Artikel ini tayang di Kompas.com berjudul 6 Pola Makan untuk Gaya Hidup Sehat agar Usia Lebih Panjang

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×