kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Utilisasi mendekati 100%, Surya Esa (ESSA) belum berniat menambah kapasitas


Rabu, 23 Oktober 2019 / 20:12 WIB
Utilisasi mendekati 100%, Surya Esa (ESSA) belum berniat menambah kapasitas
ILUSTRASI. Kilang gas LPG milik PT Surya Esa Perkasa Tbk atau ESSA


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten pengolah gas alam, PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA) sudah memiliki tingkat utilisasi kilang sebesar 99,7% untuk LPG dan 98,3% untuk amonia per Juni 2019. Meski demikian, ESSA masih belum memiliki rencana untuk menambah kapasitas produksi pabrik baik untuk lini LPG maupun amonia.

“Pada saat ini fokusnya lebih kepada menstabilkan pabrik amonia,” ujar Kanishk Laroya, Vice President Director & Deputy Chief  Executive Officer PT Panca Amara Utama, anak usaha ESSA, Rabu (23/10).

ESSA baru mengoperasikan pabrik baru amonia pada pertengahan 2018. Pabrik yang mulai dibangun pada tahun 2015 tersebut kini memiliki kapasitas produksi sebesar 2.200 ton per hari dan telah memproduksi sebanyak 377.185 metrik ton (MT) per Juni 2019.

Baca Juga: Wah, saham milik Erick Tohir menghijau kena angin segar pengumuman kabinet kerja

Menurut Kanishk, kegiatan produksi amonia sangat bergantung kepada ketersediaan sumber gas. Sementara itu, hingga kini ESSA masih belum menemukan data terbukti cadangan gas yang bisa dimanfaatkan untuk memproduksi amonia. 

Meski demikian, Kanishk menegaskan bahwa pihaknya tetap membuka kemungkinan untuk ekspansi pabrik baru apabila terdapat ketersediaa gas yang bisa dimanfaatkan. Saat ini, Surya Esa mendapatkan pasokan gas dari pemasok-pemasok gas seperti Pertamina, Medco, Mistsubishi, dan sebagainya.

Sama halnya dengan lini bisnis amonia, ESSA juga masih belum memiliki rencana untuk menambah kapasitas produksi untuk lini bisnis LPG. Direktur ESSA, Ida Bagus Made Putra Jandhana mengatakan bahwa pihaknya masih mempelajari ketersediaan sumur-sumur minyak baru yang bisa dimanfaatkan untuk memproduksi LPG.

Menurut Ida, setidaknya terdapat dua aspek yang harus diperhatikan dalam memilih sumur minyak sebelum membangun pabrik baru. Pertama, sumur minyak harus memiliki ketersediaan minyak dengan kualitas dan komposisi minyak yang baik. Kedua, infrastruktur di sekitar sumur minyak harus bisa menunjang kegiatan distribusi pengiriman minyak untuk menunjang kegiatan produksi LPG. 

Baca Juga: Surya Esa (ESSA) jajaki rencana pabrik baru

Tapi, tidak banyak sumur minyak yang memenuhi prasyarat dari kedua aspek tersebut. “Ada yang sumur minyak yang bagus, tapi infrastrukturnya tidak memadai, penyiapan infrastrukturnya jadi mahal. Sebaliknya, ada yang infrastrukturnya bagus ada jalan bagus segala macam, tapi komposisi minyaknya kurang bagus, jadi secara ekonomis tidak bisa dimanfaatkan,” kata Ida.

Saat ini, pasokan minyak yang dibutuhkan ESSA dalam kegiatan produksi LPG diperoleh dari blok-blok sumur minyak Pertamina yang berada di Sumatra Selatan serta Sulawesi. Selanjutnya, LPG yang telah diproduksi akan kembali dijual ke Pertamina. 

Meski memiliki tingkat utilisasi yang sangat besar, Surya Esa menjamin bahwa semua kegiatan produksi tetap dilakukan dengan memperhatikan aspek keselamatan. Sejalan dengan klaim tersebut, sebelumnya, ESSA memang pernah mendapatkan penghargaan Zero Accident Award lantaran tidak pernah mengalami kecelakaan ketika melakukan kegiatan produksi selama delapan tahun berturut-turut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×