kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Usai akuisisi Holcim, Semen Indonesia (SMGR) targetkan penjualan naik 5%


Kamis, 31 Januari 2019 / 20:13 WIB
Usai akuisisi Holcim, Semen Indonesia (SMGR) targetkan penjualan naik 5%


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Usai mengakuisisi 80,6% atau 6,18 miliar saham PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) pada Kamis (31/1), PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) berharap penjualan bisa tumbuh hingga 5% di 2019.

"Kami perkirakan kebutuhan konsumsi nasional tahun ini sekitar 4%-5%. Tahun ini, kami ingin mempertahankan market share, artinya kami akan tumbuh sama dengan pasar," kata Sekretaris Perusahaan SMGR Agung Wiharto kepada Kontan.co.id, Kamis (31/1).

Lewat akuisisi, Semen Indonesia berharap mampu meningkatkan sinergi perusahaan, sekaligus memperluas jaringan pabrik semen di dalam negeri. Selain itu, tujuan akuisisi juga untuk memperluas diversifikasi jenis produk yang ditawarkan.

"Misalnya, di beberapa area kami tidak punya pabrik seperti di Jawa Barat, sehingga saat bawa barang ke Jakarta ongkosnya akan tinggi. Jadi, sinergi bisa mendukung supply change, marketing dan produksi kami," jelasnya.

SMGR berharap akuisisi Holcim akan meningkatkan efisiensi, khususnya biaya distribusi dan bahan baku. Begitu juga untuk memperkuat posisi bisnis ready mix dengan berbagai variasi produk dan solusi.

Langkah akuisisi juga dianggap sebagai salah satu bentuk nasionalisme, di mana sebagai perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tugas perusahaan adalah memenuhi kebutuhan pembangunan Tanah Air. "Sebagai BUMN kita harus melindungi itu, supaya pembangunan bisa lancar. Jadi dengan menguasai itu (SMCB), kita semakin kuat," ungkapnya.

Di sisi lain, Semen Indonesia masih akan fokus pada penjualan semen di Tanah Air. Sedangkan untuk memperluas penetrasi pasar ekspor, diakui Agung saat ini hanya sebagai pasar sekunder.

Sebagai informasi, tahun lalu kinerja ekspor SMGR hanya sekitar 8% dari total penjualan. Menurut Agung, sampai saat ini permintaan ekspor terus berdatangan, yang terbanyak berasal dari Bangladesh, Sri Lanka, Maldive, Timor Leste dan Australia. "Yang penting pasar dalam negeri dulu, alau ada overcapacity pasti kami akan penuhi permintaan ekspor," ujarnya.

Tahun ini SMGR juga akan fokus menerapkan strategi efisiensi di internal. Hal ini dilakuan untuk menjawab tantangan yang mungkin datang di 2019. "Kami lebih ke efisiensi, karena market over supply, orang punya banyak pilihan. Jadi, kami harus lebih efisien untuk bisa bersaing di pasar," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×