kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tekanan terhadap suplai mendorong harga timah kembali menanjak


Senin, 10 Desember 2018 / 18:40 WIB
Tekanan terhadap suplai mendorong harga timah kembali menanjak
ILUSTRASI. Bongkar Muat Timah


Reporter: Dimas Andi | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah sempat terpuruk sepanjang bulan November, harga timah dunia mulai bergerak naik di awal Desember. Ada kemungkinan tren kenaikan tersebut berlanjut hingga akhir tahun nanti.

Sebagai informasi, harga timah untuk kontrak tiga bulanan di London Metal Exchange (LME) berada di level US$ 19.000 per metrik ton pada perdagangan Jumat (7/12) lalu. Angka ini naik 0,40% dibandingkan sehari sebelumnya dan tumbuh 3,26% dalam satu pekan terakhir.

Harga timah sempat mencapai level US$ 19.100 per metrik ton pada Rabu (5/12) sebelum turun kembali akibat aksi ambil untung oleh para investor. Namun, secara umum, Analis Asia Tradepoint Futures, Andri Hardianto mengatakan, harga komoditas ini tetap berada dalam tren kenaikan.

Harga timah mulai bangkit setelah hasil positif dari agenda G20 di Argentina pada awal bulan ini. Dalam pertemuan tersebut, Donald Trump dan Xi Jinping sepakat untuk melakukan gencatan senjata terkait perang dagang dalam 90 hari ke depan.

Lonjakan harga timah juga didorong oleh faktor fundamental yang cukup mendukung, yakni adanya keterbatasan dari sisi suplai.

Berdasarkan data World Bureau of Metal Statistics, konsumsi timah global sepanjang Januari—September mencapai 283.000 metrik ton. Akan tetapi, di periode yang sama produksi komoditas tersebut mengalami defisit 97.000 metrik ton.

“Permintaan terhadap timah masih stabil dari sektor otomotif, begitu juga dari sektor properti walau industrinya sedang melambat,” ungkap Andri, hari ini (10/12).

Selain itu, kenaikan harga timah juga didukung oleh turunnya ekspor dari Indonesia pada bulan November lalu. Hal ini terjadi setelah adanya penutupan gudang penyimpanan timah siap ekspor oleh pihak kepolisian akibat dugaan penambangan ilegal sehingga suplai komoditas tersebut terhambat.

“Ketidakpastian aturan di industri timah Indonesia bisa mempengaruhi harga komoditas ini, apalagi Indonesia merupakan eksportir timah terbesar setelah China,” paparnya.

Jika kondisi fundamental seperti demikian tidak mengalami perubahan yang signifikan, besar kemungkinan tren kenaikan harga timah masih akan berlanjut dalam beberapa waktu ke depan.

Secara teknikal, harga timah berada di MA50, MA100, dan MA200. Indikator stochastic berada di area jenuh beli di level 92 sedangkan RSI berada di level 14 dan memberi sinyal jual. Adapun MACD berada di level -337 dan mengindikasikan tekanan jual.

Untuk besok (11/12), harga timah diperkirakan Andri akan bergerak di kisaran US$ 18.870—US$ 19.020 per metrik ton. Sedangkan dalam sepekan ke depan, harga timah akan berada di area US$ 18.820—US$ 19.100 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×