kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tekanan harga CPO masih berat pada tahun ini


Jumat, 04 Januari 2019 / 19:52 WIB
Tekanan harga CPO masih berat pada tahun ini


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga crude palm oil (CPO) nampaknya terlihat jenuh pada periode sepanjang tahun kemarin. Meskipun sentimen positif terjadi beberapa kali, tapi perang dagang dan kampanye hitam menghantui selama setahun yang membuat pelaku pasar khawatir.

Mengutip Bloomberg, harga CPO selama tahun 2018 turun hingga 16,12%. Pada akhir Desember 2018, harga CPO ditutup pada level RM 2.122 per ton.

Pada pergerakan harganya CPO sempat berada di level tertinggi yakni RM 2.586 per ton pada 24 Mei 2018. Sedangkan titik terendahnya berada di level RM 2.041 per ton.

“Tahun lalu CPO sempat menguat karena persediaan untuk B20 serta pemotongan pajak ekspor CPO,” kata Direktur Utama, PT Garuda Berjangka, Ibrahim kepada Kontan.co.id, Jumat (4/1).

Tahun lalu pemerintah berinovasi membuat baham bakar baru yakni B20 di mana 20% bahan bakunya berasal dari CPO. Dalam beberapa pekan, hal ini telah berdampak menaikan harga CPO di kisaran level RM 2.400 per ton.

Upaya pemerintah tak sampai di situ. Pemerintah menurunkan pajak ekspor CPO sehingga berada di level US$ 50 per ton atau sekitar RM 205 per ton. Menurut Ibrahim jumlah ini tergolong rendah seharusnya dapat mendorong ekspor di Indonesia, tapi nyatanya bertolak belakang.

Kampanye hitam CPO di Uni Eropa (UE) membuat pasar global resah. UE menyebarkan isu bahwa wilayah produksi kelapa sawit di Indonesia yakni Sumatra dan Kalimantan telah menyalahi aturan. Di mana daerah itu adalah kawasan hutan lindung.

“Menurut saya kampanye hitam memiliki kepentingan pribadi bagi UE,” katanya (4/1). Ia menambahkan bila ekspor CPO dari Indonesia ataupun Malaysia masuk mendominasi UE akan menggerus industri minyak alternatif UE.

Tahun lalu mereka mendorong pertumbuhan minyak babi, minyak kacang kedelai, dan minyak bunga-bungan. “Inilah yang akhirnya membuat pelaku pasar lari dari CPO ke komoditas lain,” tutur Ibrahim.

Selain itu gejolak perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China berkecamuk pada tahun lalu dan tidak menemukan titik terang. Tren dollar AS menguat sehingga menekan harga sejumlah komoditas tak terkecuali CPO.

Di sisi lain kemungkinan pada 2019 harga CPO masih cenderung tertekan. Harga di level RM 2.300-RM 2.400 per metrik ton dinilainya masih jauh karena perang dagang di tahun ini. Ditambah data gross domestic product (GDP) China belum dirilis juga.

Ibrahim memprediksi harga CPO akan bergerak di sekitar RM 2.050-RM 2.350 per ton pada tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×