kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Suplai berlebih bakal menekan harga gas alam di awal 2020


Minggu, 29 Desember 2019 / 07:50 WIB
Suplai berlebih bakal menekan harga gas alam di awal 2020
ILUSTRASI. Suplai berlebih, harga gas alam diprediksi masih akan lesu di awal 2020.


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Suplai berlebih, harga gas alam diprediksi masih akan lesu di awal 2020. Tren pergerakan gas alam berbanding terbalik dengan kebanyakan harga komoditas yang saat ini tengah rebound.

Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono mengatakan, kurs dollar AS yang lesu terhadap rata-rata mata uang mayoritas turut memberi sentimen negatif bagi pergerakan harga gas alam. Mengutip Bloomberg, harga gas alam untuk kontrak Januari 2020 berada di level US$ 2,24 per mmbtu pada perdagangan Jumat (27/12). Angka tersebut tercatat turun dibandingkan hari sebelumnya yakni US$ 2,29 per mmbtu.

"Bahkan, faktor musiman juga tidak mendukung, musim winter kali ini tidak berpengaruh (demand). Harga gas alam tertekan fundamental dan suplai yang berlebih," kata Wahyu kepada Kontan.co.id, Jumat (27/12).

Baca Juga: Minyak dunia menyentuh rekor harga tertinggi

Wahyu menjelaskan, saat ini masih harga gas alam terkonsolidasi di level bawah. Meskipun harga sempat naik, namun pergerakannya kembali turun lagi.

Ditambah lagi, kilang produksi minyak juga meningkat saat Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) memangkas produksinya.

Pekan lalu, harga gas alam sempat naik 1,4% dan sempat ditutup pada harga US$ 2,33 per mmbtu. "Soal seasonal, winter kali ini tidak sedingin semestinya sesuai laporan Energy Information Administration (EIA) sebelumnya yang menyebutkan musim kali ini sebagai musim dingin yang hangat," ujarnya.

EIA juga menyebut dalam jangka pendek pergerakan harga gas alam ke depan masih akan tertekan. Hal ini seiring pengeluaran rumah tangga AS untuk bahan bakar pemanas yang menurun karena musim dingin akan lebih hangat.

Baca Juga: Laba industri China tumbuh tercepat di November, tapi pemulihan belum akan berlanjut

Kata Wahyu, musim dingin harusnya menjadi peak season bagi gas alam, tapi tahun ini justru lesu. Musim dingin yang hangat dan suplai yang berlebih membuat harga gas alam sulit naik.

Sentimen lain yang turut menekan harga gas alam yakni, terancamnya kinerja perusahaan global akibat suplai yang berlebih. Ada juga sentimen permintaan dari China yang lesu akibat pelambatan ekonomi.

"Intinya, sulit mendukung harga baik di jangka pendek dan menengah termasuk setahun nantinya. Harga masih konsolidasi di level rendah antara US$ 2 per mmbtu hingga US$ 2,9 per mmbtu" ungkap Wahyu.

Untuk jangka pendek tren pergerakan harga gas alam menunjukkan bearish, namun sudah terancam oversold. Wahyu merekomendasikan buy on weakness saat harga gas alam berada di bawah US$ 2,4 mmbtu dan jual saat berada di atas US$ 2,5 per mmbtu.

Baca Juga: China ketar-ketir ekonominya melambat, ini langkah yang diambil Xi Jinping

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×