kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Situasi politik nasional memanas, pasar obligasi terancam


Rabu, 22 Mei 2019 / 19:22 WIB
Situasi politik nasional memanas, pasar obligasi terancam


Reporter: Dimas Andi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar obligasi Indonesia tengah berada dalam ancaman. Belum usai sentimen negatif dari global, pasar obligasi kali ini tertekan oleh situasi politik dalam negeri yang memanas.

Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C. Permana menyampaikan, suhu politik Indonesia tengah meningkat pasca pengumuman hasil pilpres pada Selasa (21/5). 

Hal ini tentu berdampak negatif bagi pasar obligasi domestik, walaupun sentimen ini diyakini bersifat temporer.

Sebagai catatan, sentimen negatif tersebut mendorong kenaikan yield Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun ke level 8,06% pada hari ini. Artinya, sudah empat hari secara beruntun yield SUN 10 tahun bertengger di area 8%.

Beruntung, Indonesia Composite Bond Index (ICBI) masih mampu menguat tipis 0,03% di hari ini ke level 248,07. Namun, tetap saja, dalam satu pekan terakhir indeks obligasi Indonesia tersebut terkoreksi 0,29%.

Memanasnya situasi politik Indonesia jelas menambah panjang deretan sentimen negatif yang menghantam pasar obligasi. 

“Dari eksternal, perang dagang antara AS dan China belum menunjukkan tanda-tanda mereda secara berkelanjutan,” kata Fikri, Rabu (22/5).

Belum lagi, konflik geopolitik di Iran masih terjadi, sehingga berpengaruh terhadap pergerakan harga minyak dunia. Jika harga minyak dunia kembali meningkat, hal ini akan memberatkan rupiah dari sisi fundamental. Pasar obligasi pun kurang diuntungkan manakala kurs rupiah melemah.

Asal tahu saja, kurs rupiah di pasar spot hari ini melemah 0,31% ke level Rp 14.525 per dollar AS.

Pelaku pasar modal Anil Kumar menambahkan, arah pasar obligasi nasional cenderung sejalan dengan pergerakan rupiah. Namun, pelemahan rupiah pun tak hanya dipicu oleh faktor politik dalam negeri.

Data-data ekonomi Indonesia akhir-akhir ini juga kurang mendukung bagi pergerakan rupiah di pasar. Misalnya, data neraca dagang Indonesia di bulan April yang mengalami defisit sebesar US$ 2,5 miliar. “Belum ada kebijakan ekonomi yang berdampak secara struktural,” ujarnya, hari ini.

Beragam sentimen negatif tadi juga mengurangi minat investor di pasar obligasi. Fenomena ini terlihat dari penawaran masuk pada lelang SUN kemarin yang tergolong rendah, yakni sebesar Rp 26,20 triliun.

Investor asing tampak masih enggan masuk ke pasar obligasi Indonesia di tengah badai sentimen negatif.

Mengutip data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemkeu, nilai kepemilikan asing di pasar Surat Berharga Negara (SBN) tercatat sebesar Rp 949,69 triliun hingga perdagangan Selasa (21/5). Angka ini turun Rp 10,65 triliun dibandingkan akhir April lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×