kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Serapan highrise stagnan, ini strategi Intiland Development (DILD)


Senin, 13 Januari 2020 / 18:10 WIB
Serapan highrise stagnan, ini strategi Intiland Development (DILD)
ILUSTRASI. Direktur Proyek Aeropolis Totonafo Lase (kanan) dan Head of Business Development Travelio Property Management Felicia Gautama berbincang usai penandatangan kerjasama dan meninjau unit apartemen sewa di kawasan Aeropolis Tangerang, Banten, Selasa, (3/9).


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Colliers International Indonesia Research Services mencatat persediaan apartemen terus tumbuh, padahal penyerapannya cenderung stagnan bahkan turun. Terutama di wilayah Jakarta dan Surabaya. Menghadapi situasi tersebut, PT Intiland Development Tbk (DILD) yang sebagian besar pendapatannya dari bangunan high rise telah menyiapkan strategi. 

Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi Intiland Development Archied Noto Pradono mengatakan perusahaan akan menyasar pasar end-user dengan lokasi proyek di dalam kota.

Baca Juga: Pasar Ruang Perkantoran di Jakarta Masih Tertahan

Beberapa apartemen tersebut adalah 57 Prom dengan tingkat okupansi 90%, Regatta tahap II dengan tingkat okupansi 50%, dan SQ Residence dengan tingkat okupansi 45%.

Kemudian di Surabaya, perusahaan memiliki apartemen Graha Golf dengan tingkat okupansi 85%, Rosebay dengan tingkat okupansi 55% dan Apartemen Praxis dengan tingkat okupansi 80%. 

Adapun pada laporan keuangan 2018, pendapatan DILD dari high rise tercatat sebesar Rp 819,46 miliar atau merupakan porsi terbesar, setara 32,1% dari total pendapatan. Hingga pada kuartal III-2019 pendapatan dari high rise tercatat sebesar Rp 858,05 miliar atau setara 46,27% dari total pendapatan. 

"Kami optimis, tetapi juga prudent dalam membuka proyek high rise baru," jelas Archied kepada Kontan, Senin (13/1). 

Untuk itu, tahun ini DILD menyediakan anggaran belanja modal alias capital expenditure (capex) sebesar Rp 1,5 triliun sebagian besar digunakan untuk konstruksi proyek-proyek yang sudah terjual. 

Baca Juga: Pasokan kantor melimpah, Intiland Development (DILD) belum kerek harga sewa




TERBARU

[X]
×