kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45936,02   -27,70   -2.87%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sentimen corona masih menjegal laju indeks global


Rabu, 25 Maret 2020 / 20:40 WIB
Sentimen corona masih menjegal laju indeks global
ILUSTRASI. Ilustrasi bursa Asia.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak awal tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus merosot. Secara year-to-date, IHSG memberikan return negatif 37,49%.

Ternyata, hal serupa juga dialami oleh bursa saham di negara lain. Di regional Asia misalnya. Melansir RTI Business, Indeks Nikkei225 milik Jepang tumbuh negatif 15,77% sejak awal tahun. 

Bursa Asia lain yang juga rontok sejak awal tahun adalah Shanghai Stock Exchange Composite (SSEC). Sejak awal tahun, indeks China tersebut tumbuh -9,84% sejak awal tahun. Sementara di regional Asia Tenggara, Indeks Strait Times Singapura bahkan ambles 22,96% sejak awal tahun.

Baca Juga: Dow Jones melonjak 11,37%, rekor kinerja satu hari terkuat sejak 1933

Bukan hanya Asia, pertumbuhan negatif juga dialami oleh bursa di benua biru. Indeks FTSE London misalnya, sejak awal tahun indeks ini tumbuh -27,79%.

Vice President Samuel Sekuritas Indinesia Muhamad Alfatih mengatakan rontoknya bursa-bursa global disebabkan oleh merebaknya virus corona (Covid-19).

Beberapa negara pun memberlakukan kebijakan lockdown, seperti India, China, dan Malaysia. Namun, adapula negara yang tidak menerapkan kebijakan ini seperti Indonesia. Alfatih menilai, adanya kebijakan lockdown ini berpotensi untuk memperpanjang pelemahan bursa global sebab berpotensi menimbulkan perlambatan pertumbuhan ekonomi.

“Adanya lockdown atau partial lockdown atau bahkan tidak lockdown tetap akan menekan ekonomi,” ujar dia kepada Kontan.co.id, Rabu (25/3).

Di sisi lain, Senior Vice President Research Kanaka Hita Solvera Janson Nasrial menilai ke depan kondisi bursa global masih bergantung pada keadaan market di Amerika Serikat (AS) apakah sudah mulai stabil atau belum.

Menurutnya, saat ini pelaku pasar tidak lagi memperhitungkan perspektif fundamental dan teknikal perspektif meskipun secara valuasi indeks sudah sangat menarik dengan Price Earning Ratio (PER) 9.7 kali .

“Sekarang yang ada adalah semuanya based on emotional, short term, dan ketakutan di pasar. Dan sepertinya pelaku pasar juga sudah mendiskon penurunan earnings growth yang cukup tajam antara -30% hingga -50%,” ujar dia.

Baca Juga: Bursa saham Eropa rebound terdongkrak banyak stimulus

Janson mengatakan, The Fed akan meningkatkan likuiditas di pasar dengan melakukan kebijakan quantitative easing (QE) versi ketiga tanpa batas.

Dalam stimulus ini, The Fed akan akan membeli corporate bond, US treasury bond, hingga US Mortgage Securities dengan jumlah yang tidak terbatas melebihi skala QE pada 2008.

“Tetapi pasar tetap saja tidak peduli. Bahkan jika senator menyetujui dengan belanja fiskal US$ 2 triliun, saya rasa market tidak bakal puas,” sambung dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet Using Psychology-Based Sales Tactic to Increase Omzet

[X]
×