kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Selain saham BUMI, ini saham yang dikoleksi asing


Minggu, 03 September 2017 / 21:39 WIB
Selain saham BUMI, ini saham yang dikoleksi asing


Reporter: Riska Rahman | Editor: Dessy Rosalina

KONTAN.CO.ID -  Di tengah aksi net sell asing besar-besaran di bulan lalu, ternyata masih ada saham yang masih bisa membuat investor asing tertarik. Saham-saham yang dikoleksi asing diantaranya ialah BUMI, DMAS, PNSE, BJTM, ADRO, BBNI, SRIL, CTRA, PNLF, dan SCMA.

Faktor valuasi nampaknya jadi faktor utama mengapa asing mengincar saham-saham ini untuk dibeli. Pasalnya, banyak dari saham-saham di atas yang masih memiliki harga yang murah meski punya prospek kinerja yang baik.

Saham BUMI yang selalu jadi buah bibir ini misalnya diminati asing lantaran proses restrukturisasi utangnya yang berjalan baik serta berhasilnya rights issue saham ini. "Harga sahamnya pun masih relatif murah juga jadi alasan mengapa asing tertarik dengan saham ini," tutur Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri, Minggu (3/9).

Emiten tekstil SRIL juga diminati oleh asing. Riska melihat, saham ini punya potensi bagus karena punya pasar ekspor yang besar namun harga sahamnya masih dibawah harga wajar.

"Seharusnya harga saham ini berada di level Rp 500, tapi nyatanya sekarang masih berada di level Rp 300-an," beber Analis OSO Sekuritas Riska Afriani saat dihubungi pada kesempatan terpisah.

Faktor eksternal juga mempengaruhi keputusan asing untuk membeli suatu saham. Harga komoditas dan stimulus dari regulasi pemerintah juga bisa jadi alasan mengapa asing memilih saham seperti ADRO dan saham properti seperti DMAS dan CTRA.

Buktinya, di bulan Agustus lalu nilai net buy asing ketiga saham ini mencapai total Rp 319,5 miliar dalam sebulan.

Namun, tak semua saham yang diminati asing punya prospek yang cerah pula. "Prospek saham SCMA nampaknya tak begitu baik hingga akhir tahun ini karena pangsa pasarnya yang semakin turun," terang Riska.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×