kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sejumlah emiten menghadapi utang jatuh tempo, ini rekomendasi dari analis


Senin, 14 Januari 2019 / 21:58 WIB
Sejumlah emiten menghadapi utang jatuh tempo, ini rekomendasi dari analis


Reporter: Krisantus de Rosari Binsasi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah obligasi emiten akan jatuh tempo pada tahun 2019 ini. Di antaranya ada PT Mayora Indah Tbk (MYOR) yang memilliki utang jatuh tempo senilai Rp 750 miliar pada 9 Mei 2019 nanti. Kemudian ada PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) yang punya utang jatuh tempo senilai Rp 2 triliun pada 10 Juni 2019. Lalu ada PT Intiland Development Tbk (DILD) yang memiliki utang jatuh tempo senilai Rp 428 miliar pada 29 Juni 2019 mendatang.

Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan bahwa terkait dengan pembayaran jatuh tempo tersebut, tentunya emiten telah menyiapkan strategi maupun pendanaan. "Kalaupun dari dana internal tidak mencukupi, maka bisa dilakukan dengan menerbitkan utang baru atau restrukturisasi utang," kata Reza kepada kontan.co.id, Senin (14/1).

Meskipun demikian, Reza bilang perlu ada perhitungan yang matang dari setiap emiten. "Jika dengan menerbitkan utang baru untuk menutup utang lama, akan seberapa besar dampaknya pada perubahan struktur utang maupun rasio utangnya," tambahnya.

Reza bilang, yang paling bagus memang dari kas internal karena ini untuk menunjukkan posisi maupun kekuatan keuangan emiten tersebut. Di sisi lain, dengan menggunakan kas maka rasio utang juga tidak akan tambah besar. "Tapi, kalau semua dana kas dipakai untuk bayar utang maka perlu dipertimbangkan lagi ada atau tidaknya rencana ekspansi ke depan," imbuh dia.

Untuk kinerja tahun ini, Reza melihat pertumbuhan kinerja WSKT akan naik sekitar 18% hingga 20% seiring dengan potensi perolehan proyeknya. "Begitupun dengan emiten lainnya tergantung pada guidance dari manajemen masing-masing," kata dia.

Dari sisi saham, ia merekomendasikan untuk beli saham dengan MYOR target harga di jangka menengah pada level Rp 3.200 per saham. "Lalu WSKT dengan target harga Rp 2.370 per saham. Sementara untuk saham DILD target harganya di level Rp 365 per saham," lanjutnya.

Analis Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan turut berpendapat bahwa umumnya pilihan pembayaran obligasi tergantung pada kondisi likuiditas emiten. "Selama dana kas masih cukup besar, pembayaran kas akan dilakukan. Sebab jika lakukan refinancing tetap akan ada biaya yang harus dikeluarkan," ujarnya pada Senin ini.

Valdy juga bilang, tujuan penggunaan dana juga harus dipertimbangkan. "Kalau dana digunakan untuk operasional memang sebaiknya dilunasi dengan kas. Namun jika untuk investasi jangka panjang, refinancing masih bisa jadi alternatif utama," imbuh dia.

Dari sisi saham ia merekomendasikan untuk beli saham WSKT karena secara outlook sektor ada potensi perbaikan kinerja di 2019 ini. Sementara untuk MYOR, Valdy bilang, bisa untuk trading buy karena price to earning ratio (PER) relatif tinggi yaitu sebesar 40,61 kali.

Sekadar info, pada penutupan pasar sore ini, harga saham MYOR masih stagnan di level Rp 2.680 per saham. Lalu harga saham WSKT naik 0,77% ke level Rp 1.975 per saham. Sementara harga saham DILD turun 2,98% ke level Rp 326 per saham.

Sementara itu, Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan bahwa umumnya perusahaan memilih untuk refinancing dengan menerbitkan obligasi baru karena secara cash flow hal ini lebih ringan dibandingkan dengan menggunakan kas internal.

Lebih lanjut Wawan mengatakan bahwa kas dan refinancing merupakan pilihan strategis dari manajemen, tapi penggunaannya bisa berbeda-beda untuk tiap emiten. "Saat ini challenge dari refinancing adalah bunga yang lebih tinggi. Manajemen harus berhitung proyeksi arus kas, pendapatan, dan juga beban bunga yang harus dibayar," terang dia kepada kontan.co.id, Senin ini.

Sedangkan dengan gunakan kas internal, menurut Wawan, tentu saja mengurangi dana yang mungkin bisa dialokasikan ke modal kerja hingga dividen. "Dan bisa saja memperlambat laju ekspansi perusahaan," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet

[X]
×