kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Riset RHB: Japfa Comfeed Indonesia (JPFA) tumbuh akibat rupiah menguat


Minggu, 16 Desember 2018 / 14:28 WIB
Riset RHB: Japfa Comfeed Indonesia (JPFA) tumbuh akibat rupiah menguat
ILUSTRASI. JPFA Kembali Dapat Penghargaan Sebagai Perusahaan yang Inovatif


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT RHB Aset Management Indonesia mengatakan sektor poltry tumbuh pada 2018 akibat rupiah yang juga menguat. Dalam riset yang dikeluarkan RHB pada 6 Desember 2018 menyebutkan PT Japfa Comfeed Indonesia (JPFA) sebagai perusahaan sektor poltry yang paling kuat sampai saat ini.

Sebab, sekitar 60% biaya produksinya dalam rupiah dan 40% berasal dalam dollar Amerika Serikat (AS). JPFA lebih sensitif terhadap pengutan rupiah karena lebih dari 50% utangnya dalam dollar AS. Riset RHB menunjukkan bahwa untuk setiap 1% apresiasi rupiah terhadap dollar AS pendapatan JPFA akan naik 4%.

Laba bersih JPFA memcapai Rp 1,85 triliun, naik 112% YoY. Oktober sampai dengan November 2018 day-old chick (DOC) harga rata-ratanya terbilang masih kuat. Pada bulan November, harga DOC yang disurvei melonjak 15% MoM menjadi Rp 6,667 per piece, sehingga harga rata-rata dua bulan terakhir menjadi Rp 6,237 per piece.

Analais RHB Aset Management Michael Setjoadi percaya bahwa harga DOC yang kuat dipengaruhi permintaan ayam broiler yang lebih tinggi selama perayaan akhir tahun.

JPFA memperlihatkan penjualan segmen DOC yang lebih tinggi dan kontribusi laba terhadap pendapatan konsolidasi. DOC menyumbang 14% dan 28% untuk pendapatan kotor kuartal III 2018. PT Charoen Pokphand 34% Indonesia dan JPFA 44% dari EBIT mereka.

Sementara itu untuk harga ayam broiler stabil di Oktober sampai dengan November 2018. Rata-rata penjualannya berada di kisaran Rp 18,239 per kilogram. Tidak seperti DOC, RHB melihat sedikit koreksi pada harga ayam broiler untuk bulan Oktober dan November. “Menurun 4,6% QoQ, tetapi tetap pada keuntungan Rp 18,239 per kilogram,” Michael dalam risetnya 6 Desember 2018.

Segmen ayam pedaging menyumbang CPIN 23% dan JPFA 24% pada kuartal III 2018 pendapatan kotor. Dengan catatan yang lebih positif, diprediksi pada beberapa pemulihan harga pada Desember, karena tren harga naik menjelang akhir tahun.

Pasokan stabil sama dengan harga stabil dan penghasilan di masa mendatang. Meskipun sektor poltry telah menjadi salah satu sektor berkinerja terbaik tahun ini bahkan mengalahkan IHSG sebesar 60% YTD. RHB percaya masih ada ruang untuk pertumbuhan pendapatan, yaitu sebesar 5-8% di 2019 pada pasokan DOC yang stabil.

“Kami percaya bahwa penilaian valuasi JPFA terlalu dalam untuk ini yang merasionalkan preferensi kami untuk saham ini,” katanya dalam riset 6 Desember 2018.

Risiko downside yang mungkin termasuk harga bahan baku yang tidak menguntungkan untuk jagung dan bungkil kedelai. Kemudian harga DOC dan broiler yang lebih lemah, perlambatan pembelian konsumen, depresiasi rupiah, dan peraturan pemerintah. “Boiler di kuartal IV harganya cukup bagus sekarang berada di sekitar Rp 22.000 per kilogram,” kata Micahel Setjoadi kepada Kontan.co.id, Jumat (14/16).

Michael melihat sumplay ayam broiler tahun depan akan stabil. Jadi kalau persediaan stabil harga jual awal semestinya teratasi. “Ia menegaskan karena memang harga boiler angka produksinya sekitar Rp 17.000 - Rp 18.000 di tengah-tengah ada di Rp 20.000,” katanya (14/12).

Untuk rekomendasi saham JPFA ia menjelaskan bahwa dari segi valuasi lebih condong ke JPFA sepuluh kali dibanding Chaeron. Ini karena Chaeron baru dimasukan ke Jakarta Islamic Indeks (JII) reksadana syariah. Jadi harus mengikuti aturan-aturan JII.

Sedangkan selama ini JPFA belum masuk JII. Jadi selama satu minggu ini yang sempat raily karena sempat ada penambahan Chaeron di JII. “Saya megang JPFA karena valuasi lebih murah jarum Chaeron lebih mahal,” kata Michael (14/12). Ia menyarankan ke kepada investor membeli saham JPFA diangka Rp 3.000 pershare.

Sentimen pasar yang perlu diperhatikan tahun depan adalah tahun politik di bulan April. Pemerintah memang tahun depan akan menjalankan subsidi dari APBN dinaikan.

Untuk yang keluarga-keluarga harapan, dana bantuan tunai atau transfer, dan sebagainya dinaikan. Ia lihat rencana kenaikan ini dua kali lipat dibanding sebelimnya yakni ya 80-100%. “Jadi kita bakal lumayan bullish ke costumers section,” katanya (14/12).

Sementara itu, Michael sudah mengembus sentimen yang terjadi pada 2020 mendatang. Menurutnya, mungkin investor sudah bersiap-siap di pertengahan 2019. Bahwa di 2020 bisa jadi ada perubahan budget lagi tergantung dari bagaimana proses yang akan berlangsung pada tahun politik 2019.

Ia memprediksi harga sektor polrty akan stabil di kisaran harga Rp 20.000 di 2019. Untuk sahamnya sendiri tergantung dari performa dari fundamental perspektif. “Tahun depan untuk sektor poltry masih bagus akan ada pertimbuhan 10-15% dari masing-masing peruhasaan di sektor poltry” katanya (14/12).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×