kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rapor keuangan emiten besar membaik


Rabu, 01 November 2017 / 12:54 WIB
Rapor keuangan emiten besar membaik


Reporter: Riska Rahman | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten saham mulai merilis laporan keuangan kuartal III-2017. Meski tak semua menunjukkan rapor cantik, kinerja emiten keping biru cenderung membaik.

Contohnya emiten perbankan, seperti BBCA, BBRI, BMRI dan BBNI. Empat emiten perbankan berbobot jumbo ini mencetak laba positif, meski sebagian hanya tumbuh satu digit. Tapi kenaikan laba itu bukan dipicu pertumbuhan kinerja operasional. Bank-bank itu bisa mengerek laba lantaran sukses mengurangi beban pencadangan, seiring mulai menurunnya kredit macet sepanjang tahun ini.

Selain perbankan, 20 emiten dengan bobot terberat di Bursa Efek Indonesia adalah emiten sektor konsumer. Mereka antara lain HMSP, UNVR dan GGRM yang mencatatkan pertumbuhan pendapatan dan peningkatan laba bersih selama sembilan bulan terakhir.

Namun, hanya sedikit emiten blue chips sektor konsumer yang mampu menunjukkan pertumbuhan kinerja fantastis di periode ini. HMSP, misalnya, hanya mencatat pertumbuhan pendapatan 2,87% (yoy) menjadi Rp 72,29 triliun. Labanya tumbuh tipis 2,82% menjadi Rp 9,34 triliun.

Kondisi serupa dialami UNVR. Pendapatan emiten ini hanya naik 3,69% ke Rp 31,21 triliun. Adapun labanya tumbuh 10%, tapi lebih dipicu penurunan beban keuangan.

Sedang dua perusahaan Grup Astra, ASII dan UNTR sama-sama memperlihatkan kinerja memuaskan. Di kuartal ketiga ini, pendapatan ASII tumbuh sekitar 13,55% menjadi Rp 150,22 triliun, sementara labanya naik 25,78% menjadi Rp 14,18 triliun. Sedangkan pendapatan UNTR naik 36,50% menjadi Rp 46,26 triliun dan laba bersihnya melonjak 80% menjadi Rp 5,64 triliun.

Analis First Asia Capital David Sutyanto menilai, kinerja emiten blue chips cukup baik. Tapi ia menganggap hanya saham blue chip tertentu yang menarik, lantaran memiliki prospek cerah.

Menurut David, saham blue chips di sektor perbankan menarik diperhatikan. "Selain labanya tumbuh, bank-bank itu masih mampu menjaga net interest margin (NIM) tetap menarik meski diterpa sentimen penurunan suku bunga," ujar dia, Senin (30/10).

Namun, analis Danareksa Sekuritas Lucky Bayu Purnomo melihat peningkatan laba bank disebabkan faktor efisiensi, bukan peningkatan kinerja operasional. "Saat ini saya menyarankan hindari saham bank," kata dia.

Lucky lebih memilih saham konsumer seperti GGRM dan UNVR. Adanya potensi peningkatan daya beli membuat keduanya layak dicermati.

David maupun Lucky juga melihat saham sektor pertambangan, seperti UNTR, menarik. Tren kenaikan harga batubara ikut mengangkat prospek saham tambang.

Meski saham blue chips menarik, David menilai harganya sudah tinggi. "Posisi IHSG yang di level 6.000 membuat saham-saham itu ada di posisi sangat tinggi," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×