kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Prospek harga saham emiten tambang dibayangi permintaan yang menurun


Senin, 03 September 2018 / 19:04 WIB
Prospek harga saham emiten tambang dibayangi permintaan yang menurun
ILUSTRASI. Aktifitas Alat Berat di Tambang Batubara Adaro


Reporter: Krisantus de Rosari Binsasi | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham sektor tambang sempat menjadi jawara di bursa efek tahun ini. Kinerja sektor saham ini terdorong kenaikan harga komoditas.

Tapi di bulan Agustus 2018 lalu, harga saham-saham tambang merosot. Indeks saham tambang bahkan mencetak kinerja paling buruk, merosot 5,15% sepanjang Agustus 2018.

Mengutip data Bloomberg, tercatat ada 10 saham sektor pertambangan yang harganya menurun selama bulan lalu. Paling besar PT Citata Tbk (CTTH) yang turun sebesar 25,21%. Menyuusl saham PT Atlas Resources Tbk (ARII) yang turun 23,92%, lalu saham PT Dian Swastika Sentosa Tbk (DSSA) turun 20,02%.

Selain itu ada saham PT Perdana Karya Perkasa Tbk (PKPK) yang harganya melorot 19,84%, dan saham PT Cita Mineral Investindo Tbk (CITA) yang turun sebesar 14,77%.

Kemudian harga saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dan PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA) masing-masing turun sebesar 13,04% dan 12,07%. Berikutnya saham PT PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) dan PT Mitra Investindo Tbk (MITI) yang masing-masingnya turun sebesar 12,12% dan 11,96%. Serta saham PT Harum Energy Tbk (HRUM) yang harganya menyusut 11,72%.

Analis Trimegah Sekuritas Rovandi mengatakan, indeks sektor pertambangan atau sektor mining saat ini tercatat 1.989. "Jika sampai di posisi 1.924, maka saham pertambangan sudah masuk area bearish. Artinya, ke depannya sektor pertambangan akan terkoreksi jauh lebih dalam," ungkapnya, Senin (3/9).

Menurut Rovandi, saham sektor pertambagan ini sudah hampir dua tahun mengalami reli panjang, jadi wajar jika saat ini terkoreksi. "Karena jika dilihat dari fundamental tidak banyak berubah dan harga batubara justru naik. Tapi, yang jadi sentimen negatif lebih banyak datang dari pasar global yang mulai menurunkan demand dan pengaruh harga global," imbuhnya.

Ia juga bilang ke depannya sentimen bagi sektor ini sudah mulai berkurang prospeknya. "Masih akan dipengaruhi oleh faktor suplai di pasar global yang tinggi. Sedangkan permintaan dunia mulai menyusut," ulasnya.

Dari sisi saham, Rovandi tidak merekomendasikan 10 saham yang harganya turun di bulan lalu. Ia lebih memilih merekomendasikan buy saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) yang memiliki fundamental dan teknikal bagus.

"Boleh beli saham PTBA dengan target harga pada akhir tahun di level Rp 4.800 hingga Rp 5.200 per saham. Sedangkan untuk ITMG boleh dibeli dengan target dijangka pendek hanya ke level Rp 30.100 per saham. Setelah itu ada kemungkinan turun lagi," tambahnya.

Harga saham PTBA pada akhir penutupan pasar Senin (3/9) naik 1,23% ke level Rp 4.100 per saham. Sedangkan, harga saham ITMG turun 2,65% ke level Rp 27.550 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×