kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Program campuran biodiesel pemerintah bisa mengerek harga CPO


Selasa, 20 Agustus 2019 / 21:05 WIB
Program campuran biodiesel pemerintah bisa mengerek harga CPO
ILUSTRASI. Kebijakan penambahan campuran biodiesel pada bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri dapat menaikkan harga jual.


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMAR) menyatakan, kebijakan pemerintah yang terus mendorong penambahan campuran biodiesel pada bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri dapat menaikkan harga jual crude palm oil (CPO). Menurut Direktur SMAR Agus Purnomo, program ini dapat meningkatkan konsumsi CPO Tanah Air sehingga menjadikan Indonesia sebagai produsen sekaligus pasar terbesar CPO di dunia.

“Jadi nanti harga CPO bisa cukup banyak dipengaruhi Indonesia. Kalau negara kita pasarnya kecil, maka yang menentukan harga adalah pasar yang besar-besar,” kata dia di Jakarta, Selasa (20/8).

Baca Juga: Ekspor CPO Indonesia Meningkat Jika India Kerek Tarif Impor CPO Malaysia

Sebagai informasi, Presiden Joko Widodo menghendaki agar penerapan campuran biodiesel 30% pada BBM (B30) bisa diterapkan pada awal 2020 dan selanjutnya loncat ke biodiesel 50% (B50) pada akhir 2020. Pada tahun lalu, pemerintah juga telah menerapkan kebijakan biodiesel 20% (B20).

Agus memprediksi, ketika pemerintah sudah menerapkan kebijakan B50 seratus persen, maka produksi biodiesel dalam negeri bisa mencapai 9 juta ton per tahun. Menurut dia, saat ini produksi biodiesel hanya sebesar 6 juta ton-7 juta ton per tahun dari kapasitas terpasang secara industri sebesar 12 juta ton biodiesel per tahun.

Baca Juga: Pemerintah sebut pengembangan biodiesel tak ganggu implementasi kendaraan listrik

Melihat komitmen Presiden Joko Widodo dalam mendorong konsumsi biodiesel dalam negeri, Agus mengestimasi Indonesia akan menjadi produsen sekaligus pasar utama CPO pada tahun 2021 atau 2022. “Indonesia sebagai pasar utama CPO bisa terjadi dalam 2-3 tahun lagi. Akhir tahun depan B50 akan diterapkan dan hal itu akan menaikkan permintaan CPO,” ucap Agus.

Mengutip organisasi statistik Oilworld, sekitar satu dekade ke belakang, konsumsi CPO Indonesia memang naik paling tinggi, yakni dari 4,8 juta ton pada 2009 menjadi 12,1 juta ton pada 2018. Dengan begitu, terjadi peningkatan rata-rata 11% per tahun. Sementara itu, konsumsi CPO Eropa tumbuh lebih lambat, yakni 5,7 juta ton pada 2009 menjadi 7,6 ton pada 2018 atau tumbuh 3% per tahun. Di sisi lain, konsumsi CPO China justru turun, dari 6,2 juta ton per 2009 menjadi 5,4 juta ton pada 2018.

Baca Juga: Kebijakan Biodiesel Menyokong Harga CPO, Ini Rekomendasi Saham Dari Analis

Di sisi lain, berdasarkan data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Indonesia tercatat memproduksi sebanyak 43 juta ton CPO pada 2018. Selain untuk konsumsi dalam negeri, CPO tersebut juga diekspor ke negara-negara lain. Pada 2018, India menjadi pasar ekspor CPO Indonesia yang paling besar, yakni mencapai 6,7 juta ton. Disusul oleh Eropa sebanyak 4,8 juta ton dan China 4,4 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×