kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Persepsi risiko investasi di Tanah Air membaik


Sabtu, 05 November 2016 / 17:45 WIB
Persepsi risiko investasi di Tanah Air membaik


Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Sepanjang tahun 2016, persepsi risiko investasi di Tanah Air cenderung membaik. Ini tercermin pada angka credit default swap (CDS) yang terus mengecil.

Mengacu data Bloomberg, Jumat  (4/11), CDS Indonesia bertenor lima tahun tercatat di level 158,52, membaik 31,06% dibandingkan akhir tahun lalu yang tercatat 229,92. Sedangkan CDS untuk tenor 10 tahun mengecil 26,96% sejak akhir tahun lalu menjadi 229,59.

Sekadar info, makin kecil angka CDS, risiko investasi di kawasan tersebut makin rendah. Sebaliknya, jika angka CDS kian besar, investasi di area tersebut semakin riskan.

Senior Research Analyst pasardana.id Beben Feri Wibowo menuturkan, pemulihan makroekonomi Indonesia berimbas pada iklim investasi yang kian kondusif. Sejak awal 2016, Bank Indonesia (BI) telah enam kali memangkas suku bunga. Teranyar, BI menggunting 7-day reverse repo rate menjadi 4,75% pada Oktober 2016.

Produk domestik bruto (PDB) Indonesia di kuartal dua juga mencapai 5,18%, melampaui target yang dipatok 5%. Nilai tukar rupiah cenderung stabil bahkan menguat ke sekitar Rp 13.000 per dollar Amerika Serikat (AS). "Kinerja keuangan emiten tahun ini juga lebih baik dari tahun lalu, ini berperan dalam penurunan CDS," terang Beben.

Desmon Silitonga, Analis Capital Asset Management, menambahkan, langkah pemerintah menerbitkan berbagai paket kebijakan guna menggenjot perekonomian juga ikut menurunkan persepsi risiko Indonesia. Inflasi Indonesia juga terkendali di kisaran 3%.

Terpilihnya Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan Republik Indonesia dan kebijakan amnesti pajak periode pertama yang sukses juga menjadi katalis positif.

Memang ada kekhawatiran perlambatan kinerja perbankan, khususnya terkait kualitas kredit. Tapi, perbankan sudah berkonsolidasi guna menahan kredit bermasalah alias non performing loan (NPL).

Desmon menambahkan, pemerintah juga terus menggenjot pembangunan infrastruktur dan memperbaiki perizinan. "Indonesia terus bereformasi dan berada dalam jalur positif," ungkap dia.

Dari eksternal, sentimen positif bersumber dari langkah bank sentral AS mempertahankan suku bunga acuan di level 0,25%–0,5%. Harga minyak dunia juga relatif stabil di posisi US$ 50 per barel. Oleh karena itu, Desmon optimistis risiko investasi di Indonesia akan kian mengecil di tahun depan.

Memang, dalam beberapa pekan terakhir, pasar khawatir terhadap dampak pemilihan presiden AS yang akan berlangsung 8 November 2016 ini serta spekulasi kenaikan suku bunga The Fed di Desember. "Tapi dampaknya sementara," ujar Desmon.

Ia menduga, risiko investasi Indonesia yang semakin rendah akan memicu investor asing untuk terus berburu surat utang negara (SUN). Walhasil, pasar obligasi dalam negeri akan melaju.

Serupa, Beben menilai, membaiknya kondisi ekonomi dalam negeri akan menekan risiko investasi Indonesia. Apalagi di tahun 2017, lembaga pemeringkat internasional Standard & Poor’s (S&P) berpeluang menghadiahkan peringkat investment grade bagi Indonesia.

Beben meramal, hingga akhir 2016, CDS Indonesia bertenor lima tahun akan berkisar di 130–160. Desmon memprediksi, di pengujung tahun 2016, CDS Indonesia bertenor lima tahun bakal mencapai 140–160.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×