kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Perolehan kontrak baru melambat, ini kata analis soal WIKA, PTPP, ADHI dan WSKT


Kamis, 07 November 2019 / 12:37 WIB
Perolehan kontrak baru melambat, ini kata analis soal WIKA, PTPP, ADHI dan WSKT
ILUSTRASI. Pembangunan flyover layanng simpang susun Semanggi, Jakarta Selatan, sudah mulai terlihat bentangan jembatan box girder, Kamis (9/3/2017). Pemabangunan simpang susun Semanggi ini, diharapkan bisa mengurangi kemacetan saat jam-jam sibuk.


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa emiten konstruksi pelat merah merevisi target kinerja perusahaan. Perolehan kontrak baru juga terlihat jauh dari target.

PT Waskita Karya Tbk (WSKT) yang baru memperoleh nilai kontrak Rp 15,12 triliun, dari target Rp 35 triliun-40 triliun. PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) juga baru memperoleh nilai kontrak Rp 25,7 triliun di kuartal tiga. Perolehan WIKA tersebut masih 41,63% dari target Rp 61,74 triliun. 

Baca Juga: Waskita Karya (WSKT) revisi lagi target nilai kontrak baru menjadi Rp 35 triliun

Analis Samuel Sekuritas Selvie Ocktaviani mengatakan, kinerja perusahaan konstruksi tersebut dipengaruhi oleh tahun politik serta pergantian kabinet. “Jadi banyak proyek yang tendernya mundur, akibatnya perolehan kontrak baru emiten jadi melambat,” ujar Selvie.

Meski begitu, Selvie melihat WIKA dan ADHI masih cukup baik. Alasannya, sepanjang Juli-September 2019, WIKA mampu membukukan pendapatan sebesar Rp 6,9 triliun, turun 14% bila dibandingkan Juli-September 2018 year on year (yoy) namun tumbuh 43% bila dibandingkan dengan kuartal dua (qtq). Pada periode yang sama, laba WIKA juga masih tumbuh 34% yoy dan tumbuh 21% qtq.

“Laba bersih di kuartal tiga sebenarnya turun 24% bila dibandingkan kuartal dua, namun itu lebih disebabkan adanya keuntungan dari divestasi Tol Surabaya Mojokerto sekitar Rp 224 miliar. Jika angka dikeluarkan maka laba bersih kuartal tiga masih tumbuh 21%,” jelas Selvie.

Baca Juga: Akan Merilis KIK-EBA Syariah dan Dinfra, Jasa Marga (JSMR) Cari Duit Rp 3 Triliun

Sementara itu, sepanjang Januari-September 2019, ADHI juga masih dapat tumbuh di tengah penurunnya pendapatan usaha. Terutama karena didukung oleh bagian laba ventura bersama yang naik 196%  yoy menjadi Rp 211 miliar.

Sedangkan sepanjang Juli-September 2019 ADHI membukukan pendapatan sebesar Rp 3,5 triliun atau tumbuh 5% yoy dan 13% qtq.

Sedangkan Selvie melihat WSKT dan PTPP masih kurang optimal. Pasalnya beban bunga WSKT sepanjang Juli-September 2019 membengkak hingga Rp 962 miliar, atau naik 65% bila dibandingkan beban bunga Juli-September 2018 yang sebesar Rp 584 miliar.

Baca Juga: Bayar proyek turnkey, Jasa Marga (JSMR) butuh dana Rp 10 triliun-Rp 20 triliun

Ini membuat marjin laba bersih WSKT hanya 2,1% atau turun 360 basis poin dibandingkan Juli-September 2018.  Kinerja PTPP juga kurang optimal karena naiknya beban pokok pendapatan sehingga marjin laba kotor di Juli-September 2019 hanya 12,8% turun 170 poin bila dibandingkan kuartal Juli-September 2018.




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×