kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Perlambatan permintaan minyak dunia jadi pemberat Medco (MEDC) hingga akhir tahun


Senin, 11 Mei 2020 / 18:43 WIB
Perlambatan permintaan minyak dunia jadi pemberat Medco (MEDC) hingga akhir tahun
ILUSTRASI. Anjloknya harga minyak membuat emiten sektor energi harus siap menjalani tahun yang sulit, termasuk Medco (MEDC).


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi virus corona telah membuat permintaan terhadap minyak dunia turun drastis. Diperkirakan konsumsi minyak dunia turun hingga 30 juta barel per hari imbas dari banyaknya industri dan pabrik yang berhenti beroperasi. Keadaan ini kemudian diperparah dengan adanya perang harga para produsen minyak.

Tak pelak, harga minyak dunia ikut turun drastis imbas kedua hal tersebut. Merujuk Bloomberg, kini harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman Juni berada di level US 24,57 per barel, level tersebut sudah turun 60% sejak awal tahun 2020. Sementara harga minyak Brent kontrak pengiriman Juli 2020 di ICE Futures juga tidak jauh berbeda yang saat ini ada di level US$ 30,75 per barel atau turun sekitar 50% dari harga pada awal tahun.

Anjloknya harga minyak pada akhirnya membuat emiten yang berada di sektor energi harus siap menjalani tahun yang sulit. Hal ini juga dirasakan oleh PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC).

Baca Juga: Ini sejumlah emiten yang paling terdampak anjloknya harga minyak dunia

Analis Samuel Sekuritas Todd Showalter dalam risetnya pada 3 Maret 2020 menuliskan bahwa terus berlanjutnya perlambatan permintaan terhadap minyak akan menjadi katalis negatif bagi kinerja MEDC. Selain itu, dia juga menilai sejauh ini OPEC belum mampu mengatasi masalah produksi yang turut menambah sentimen negatif terhadap kinerja MEDC.

“Sentimen negatif tidak hanya dari perlambatan minyak, tapi juga dari kemungkinan adanya permintaan gas domestik yang melemah. Ditambah lagi, adanya penurunan harga kontrak gas berdasarkan kebijakan pemerintah juga bisa menjadi sentimen pemberat bagi MEDC,” tulis Todd.

Sementara analis NH Korindo Sekuritas Meilki Darmawan menilai turunnya harga minyak bisa memberi dampak negatif terhadap kinerja MEDC. Bagaimanapun, kondisi saat ini akan menyulitkan minyak WTI bisa kembali ke level US$ 50 seperti tahun lalu.

“Tentu akan berpengaruh terhadap kinerja operasional MEDC di tahun 2020. Namun setidaknya, MEDC masih punya sekitar 36% produksi yang dijual dalam bentuk gas kontrak dengan harga fixed,” ujar Meilki kepada kontan.co.id, Senin (11/5).

Baca Juga: Harga minyak anjlok, begini rekomendasi analis terhadap saham emiten migas

Imbas dari turunnya harga minyak serta kemungkinan perlambatan permintaan minyak yang lebih lama, MEDC telah memangkas belanja modal dari semula sebesar US$ 340 juta, kini jadi US$ 240 juta.

Meilki menyebut keputusan tersebut merupakan imbas dari adanya pandemi virus corona. Sehingga mau tidak mau, MEDC harus menghentikan aktivitas ekspansi seperti akuisisi.

“Tapi, dengan segala sentimen saat ini dan langkah yang diambil MEDC, saya masih optimistis MEDC bisa mengantongi pendapatan sebesar US$ 1,4 miliar dengan laba bersih US$ 47 juta,” pungkas Meilki.

Sementara Todd memproyeksikan MEDC bisa memperoleh pendapatan hingga US$ 1,5 miliar dengan laba bersih mencapai US$ 72 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×