kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penguatan harga gas alam ditopang prediksi kenaikan permintaan di musim panas


Minggu, 27 Mei 2018 / 18:52 WIB
Penguatan harga gas alam ditopang prediksi kenaikan permintaan di musim panas


Reporter: Grace Olivia | Editor: Sofyan Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepekan terakhir, harga komoditas gas alam konsisten menguat. Musim panas yang diprediksi berlangsung dengan suhu lebih tinggi, serta permintaan impor China yang meningkat ditengarai menjadi sentimen positif yang menopang harga komoditas ini.

Mengutip Bloomberg, Jumat (25/5) pukul 19.06 WIB, harga gas alam kontrak pengiriman Juni di New York Merchantile Exchange turun 0,03% ke posisi US$ 2,9390 per mmbtu dibandingkan dengan hari sebelumnya. Kendati begitu, harga gas alam selama sepekan mencatat penguatan 4,59%.

Direktur Utama PT Garuda Berjangka, Ibrahim, menjelaskan, harga gas alam bergerak menguat lantaran adanya katalis positif dari kondisi cuaca kawasan Asia, Eropa, maupun Amerika Serikat yang memasuki musim panas. Commodity Weather Group menganalisis, negara-negara di AS bagian barat dan selatan akan menghadapi suhu yang lebih tinggi daripada musim panas biasanya.

Selain itu, Ibrahim menyebut, harga gas alam tertopang sentimen meningkatnya permintaan China untuk mengimpor gas alam, tak hanya dari Rusia, tetapi juga dari AS. "Permintaan China naik seiring dengan beralihnya China dari pembangkit listrik tenaga uap ke pembangkit listrik tenaga gas alam," ujar Ibrahim, Jumat (25/5).

Adapun, akhir pekan lalu, Energy Information Administration melaporkan jumlah cadangan gas alam Amerika Serikat (AS) naik 91 miliar kaki kubik per 18 Mei lalu. Dengan begitu, total stok gas alam AS tercatat sebesar 1.629 triliun kubik. Jumlah ini mengalami penurunan 804 miliar kubik dari total stok tahun lalu. Stok gas alam AS saat ini juga tercatat 499 miliar kaki kubik lebih sedikit dari pada rata-rata stok selama lima tahun terakhir.

Untuk itu, menurut Ibrahim, harga gas alam sangat mungkin menyentuh US$ 3 per mmbtu di tahun ini, terutama menjelang musim dingin di bulan November mendatang. "Biasanya permintaan gas alam di musim dingin akan lebih tinggi lagi ketimbang musim panas," kata dia.

Selain itu, posisi dollar AS yang saat ini sudah cukup tinggi membuka peluang koreksi. Ekspektasi pelaku pasar terhadap kenaikan suku bunga yang lebih agresif tahun ini juga tengah teredam pasca rilis pertemuan FOMC akhir pekan lalu. "Harga gas alam pun berpeluang semakin menguat seiring dengan melemahnya dollar nanti karena pelaku pasar melakukan hedging pada gas alam," tutur Ibrahim.

Secara teknikal, Ibrahim menganalisis, sinyal penguatan juga masih ditunjukkan oleh posisi bolingger band dan moving average (MA) yang masih 40% di atas bollinger bawah. Begitu pun dengan indikator moving average convergence divergence (MACD) yang saat ini masih di area positif.

Sementara, indikator stochastic juga berada di posisi 60% positif, dengan indikator RSI 60% negatif. Secara keseluruhan, Ibrahim meyakini kondisi teknikal masih mendukung potensi tren bullish harga gas alam ke depan.

Untuk itu, Senin (28/5), Ibrahim memprediksi harga gas alam masih bergerak menguat dalam rentang US$ 2,9490 -US$ 2,9550. Adapun, sepekan ke depan, ia memproyeksi harga berada di kisaran US$ 2,9480 - US$ 2,9630 per mmbtu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×