kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penawaran dalam lelang SBSN hanya Rp 46,91 miliar, begini kata analis


Selasa, 28 Januari 2020 / 20:18 WIB
Penawaran dalam lelang SBSN hanya Rp 46,91 miliar, begini kata analis
ILUSTRASI. Suasana Dealing Room Treasury OCBC NISP, Jakarta


Reporter: Irene Sugiharti | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Minat investor pada lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) terlihat berkurang dalam lelang SBSN pekan ini.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, dalam lelang sukuk Selasa (28/1), total penawaran yang masuk mencapai Rp 46,91 triliun, lebih rendah dari lelang sebelumnya pada Selasa (14/1) yang mencapai Rp 59,1 triliun. Dalam lelang ini, pemerintah menyerap sebanyak Rp 8 triliun.

Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menilai meskipun nilai penawaran lelang sukuk yang masuk kali ini lebih rendah namun nominal yang masuk masih dapat dikategorikan cukup baik.

Baca Juga: Suplai sukuk negara berkurang, pasar obligasi tetap stabil

“Kalau dibandingkan aple to aple lelang sukuk yang sebelum-sebelumnya, lelang sukuk kali ini boleh dibilang cukup baik. Memang Rp 49 triliun memang lebih kecil dari Rp 59 triliun tapi tetap aja masih diatas rata-rata. Tentu ini masih menunjukkan pelaku pasar lokal maupun asing masih menaruh hati kepada obligasi dalam negeri,” kata Nico Selasa (28/1).

Nico menilai prospek SBSN masih menarik. Hanya saja, Nico tetap mengingatkan akan ada fase obligasi terkoreksi karena kenaikan yang sudah terlalu tinggi.

“Masing-masing obligasi punya ciri khas masing-masing. Satu sisi sukuk tidak selikuid obligasi konvensional. Tapi di sisi lain sukuk selalu memberikan imbal hasil lebih besar. Maka dari itu, biasanya sukuk lebih cocok di-hold,” kata Nico.

Menurut Nico, SBSN dapt jadi pilihan obligasi untuk disimpan jangka panjang sembari investor melengkapi portofolionya dengan SBN biasa.

Sementara itu, tenor jangka pendek masih jadi primadona di antara tenor-tenor lainnya. SPNS15072020 yang jatuh tempo 15 Juli 2020 kali ini menjadi seri yang paling banyak dilirik investor dengan nilai penawaran Rp 19,075 triliun. Sedangkan seri PBS005 yang bertenor 23 tahun jadi seri dengan tenor yang paling sedikit dilirik investor dengan nilai penawaran Rp 1,98 triliun.

Nico bilang tenor jangka pendek jadi pilihan investor di saat banyak ketidakpastian terjadi di pasar.

Baca Juga: Peserta lelang kini jadi dealer utama SBNS, berikut kewajibannya

“Ketika ketidakpastian saat ini tinggi anggaplah seperti corona, memberikan implikasi terhadap pertumbuhan ekonomi China. Tentu orang akan lebih suka ke tenor pendek karena pertama volatilitasnya rendah, sehingga obligasi akan lebih stabil. Hal ini yang dilihat pelaku pasar terkait kondisi yang sedang terjadi saat ini,” kata Nico.

Nico menambahkan, di tengah kondisi pasar yang penuh ketidakpastian, investor cenderung akan memperbanyak portofolio di tenor jangka pendek ketimbang tenor jangka panjang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×