kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45981,69   -8,68   -0.88%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pemerintah menerbitkan surat utang Rp 136,69 triliun dalam sepekan


Kamis, 30 April 2020 / 13:39 WIB
Pemerintah menerbitkan surat utang Rp 136,69 triliun dalam sepekan
ILUSTRASI. Penerbitan surat utang tercatat paling besar sejak awal tahun, yaitu sebesar Rp 136,69 triliun dalam sepekan.


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang pekan ini pemerintah gencar menerbitkan surat utang. Bahkan, jumlah penerbitan surat utang tercatat paling besar sejak awal tahun, yaitu sebesar Rp 136,69 triliun.

Di awal pekan ini, Senin (27/4), pemerintah menerbitkan Surat Utang Negara (SUN) dengan cara private placement sejumlah Rp 62,62 triliun. Di tanggal yang sama, pemerintah juga menerbitkan Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau sukuk dengan cara private placement sejumlah Rp 46,49 triliun.

Baca Juga: Pemerintah tambah penerbitan SBN, analis: Jangka pendek, yield berpotensi naik

Selanjutnya, Selasa (28/4), hasil lelang SUN pemerintah berhasil meraup dana segar Rp 16,2 triliun.

Rabu (29/4), pemerintah juga lanjut melaksanakan lelang SUN tambahan (greenshoe option) melalui sistem lelang Bank Indonesia. Pemerintah menyerap Rp 11,38 triliun dari lelang tambahan ini.

Pada private placement SUN, pemerintah menawarkan seri FR0084 yang jatuh tempo tahun 2026 atau tenor 6 tahun dengan yield 7,37%. Sedangkan seri FR0085 dengan tenor 11 tahun ditawarkan dengan yield 7,86%.

Yield yang ditawarkan kedua surat utang ini lebih rendah daripada lelang SUN dan greenshoe yang menawarkan seri FR0081 bertenor lima tahun dengan yield 7,57% dan seri FR0082 dengan tenor 10 tahun dengan yield 8,09%.

Yield seri acuan FR0082 tenor 10 tahun ini sudah naik bila dibandingkan yield pada akhir Maret yang berada di 7,8%.

Baca Juga: Pemerintah serap Rp 28 triliun dari dua kali lelang SUN di pekan ini

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo sebelumnya mengatakan bahwa yield obligasi negara sudah terlalu tinggi. Rabu (29/4), Perry mengatakan bahwa bank sentral membeli obligasi langsung di pasar primer untuk mendukung pendanaan pemerintah.

Eugene Leow, analis DBS mengatakan bahwa investor melihat tanda-tanda positif dari pembukaan kembali aktivitas ekonomi di beberapa negara dan penemuan obat virus corona. "Dengan kebijakan suku bunga negatif di banyak negara, yield obligasi Indonesia bertenor 10% masih menarik," kata Leow dalam catatan yang dikutip Bloomberg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×