kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,16   -5,20   -0.56%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Peluang melakukan rights issue tahun ini dipandang lebih positif


Selasa, 12 Maret 2019 / 22:25 WIB
Peluang melakukan rights issue tahun ini dipandang lebih positif


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun 2019 merupakan waktu yang tepat bagi sejumlah perusahaan yang melantai di Bursa Efek Indonesia untuk melakukan aksi korporasi atau rights issue dalam mendapatkan dana segar. Hal ini seturut proyeksi ekonomi Indonesia yang membaik dan meredanya sejumlah sentimen negatif dari pasar global.

Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan mengungkapkan bahwa aktifitas rights issue di 2019 berpeluang lebih banyak dibandingkan tahun sebelumnya. Ini dilihat dari prospek ekonomi, di mana hampir semua lembaga dan regulator keuangan memprediksikan kondisi ekonomi lebih baik.

Apalagi, indikator penting terkait dengan investasi baik itu asing seperti nilai tukar, inflasi dan current account deficit (CAD) yang diproyeksikan tahun ini lebih rendah daripada tahun kemarin.

"Berarti akan ada modal untuk penyerapan dana right issue yang lebih besar dibandingkan tahun kemarin. Jadi, seharusnya peluangnya lebih bagus," kata Alfred kepada Kontan, Selasa (12/3).

Sepanjang 2018, jumlah rights issue turun menjadi 28 aksi dengan nilai Rp 35,45 triliun. Padahal, di 2017 tercatat jumlah aksi right issue sebanyak 35 aksi dengan nilai Rp 88,2 triliun. Artinya, ada penurunan jumlah rights issue di 2018 sebanyak 20% dan penurunan nilai sebanyak 59%.

Selain itu, dari sentimen eksternal, Alfred menilai rencana kenaikan suku bunga Amerika Serikat (The Fed) lebih rendah dari proyeksi awal. Ditambah lagi, yield dan spread yang tinggi menjadi daya tarik tersendiri bagi asing untuk masuk ke Indonesia.

"Tinggal bicara masalah stabiltas, kalau bicara sentimen global masalah perang dagang juga masih menjadi hal yang sensitif buat pasar dan uncertanty tinggi. Tapi harapannya, menurun intensitasnya," jelasnya.

Di sisi lain, target pertumbuhan ekonomi China yang lebih rendah di 2019 turut menjadi concern pelaku pasar di Indonesia. Di mana, tahun lalu ekonomi China tumbuh 6,6% dan tahun ini diperkirakan hanya 6%.

"Kalau itu turun, artinya akan ada permintaan konsumsi yang turun, mengingat Indonesia merupakan penyumbang sumber daya alam untuk China, ini jadi perhatian khusus," ungkapnya.

Harapnnya, di 2019 ruang diversifikasi perdagangan Indonesia mampu lebih luas, sehingga bisa mengeliminasi dampak negatif dari ancaman perlambatan permintaan China.

Sedangkan untuk sentimen penghambat right issue dari domestik, Alfred mengungkapkan cenderung dilihat dari internal emiten tersebut. "Sentimen lebih kepada confidence, dimana substansi rights issue adalah pencarian dana untuk ekspansi. Tapi kalau ekspansi batal atau mundur, itu jadi permasalahan utama," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×