kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pasar saham goyah, aset safe haven diburu gara-gara kecemasan perundingan AS-China


Kamis, 10 Oktober 2019 / 09:01 WIB
Pasar saham goyah, aset safe haven diburu gara-gara kecemasan perundingan AS-China
ILUSTRASI. FILE PHOTO: A company logo of Shanghai Futures Exchange is displayed at a booth during LME Week Asia in Hong Kong, China June 14, 2016. REUTERS/Bobby Yip/File Photo


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - TOKYO. Bursa saham global jatuh dan aset safe haven seperti yen dan franc Swiss menguat di awal perdagangan Asia pada hari Kamis (10/10). Terbebani oleh tanda-tanda bahwa China dan Amerika Serikat (AS) masih jauh dari kesepakatan perundingan dagang.

Mengutip Reuters, indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,31%, sementara Nikkei Jepang tergelincir 0,11%.

Baca Juga: Harapan perundingan dagang AS-China memudar, emas menembus level tertinggi pekan ini

The South China Morning Post (SCMP) melaporkan delegasi China, yang dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri Liu He, berencana untuk meninggalkan Washington setelah hanya satu hari pertemuan tingkat menteri, lebih cepat yang direncanakan pada hari Jumat (11/10).

"Kecuali ada kejutan hari ini, sepertinya pembicaraan mereka mogok. Tarifnya akan naik. Situasinya terlihat mengerikan," kata Norihiro Fujito, chief investment strategist Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Securities.

Baca Juga: Wakil PM China diisukan akan tinggalkan AS sehari lebih cepat , yuan langsung keok

Laporan SCMP tentang perundingan dagang AS-China ini datang kurang dari beberapa jam setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan kepada wartawan bahwa ia berpikir China ingin membuat kesepakatan perdagangan lebih dari yang ia lakukan.

Pejabat pemerintah China mengatakan kepada Reuters bahwa Beijing telah menurunkan ekspektasi untuk kemajuan yang signifikan dari pembicaraan perdagangan pekan ini. Tetapi harus kecewa dengan langkah Washington yang memasukkan sejumlah perusahaan China ke daftar hitam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×