kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Moody's: Juli 2018 indikator penurunan likuiditas Asia naik menjadi 32,7%.


Senin, 13 Agustus 2018 / 17:29 WIB
Moody's: Juli 2018 indikator penurunan likuiditas Asia naik menjadi 32,7%.
ILUSTRASI. Moodys Investors Service


Reporter: Grace Olivia | Editor: Agung Jatmiko

KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Moody's Investors Service, Senin (13/8), mengumumkan bahwa indikator penurunan likuiditas Asia atau Asian Liquidity Stress Indicator (Asian LSI) naik menjadi 32,7% di bulan Juli. Angka ini meningkat dari 30,9% pada bulan Juni dan lebih tinggi dari rata-rata 12 bulan sebesar 27,9% dalam kurun lima bulan terakhir.

Asian LSI sendiri mengukur persentase perusahaan berimbal hasil tinggi (high-yield companies) dengan spekulasi skor likuiditas terlemah Moody SGL-4 sebagai proporsi atas jajaran perusahaan berimbal hasil tinggi lainnya. Angka indikator ini naik ketika spekulasi terhadap tingkat likuiditas semakin buruk.

"Asian LSI meningkat menjadi 32,7% pada Juli dari 30,9% pada Juni karena jumlah emiten yang bergantung pada pendanaan jangka pendek bertambah. Ini menandai penurunan likuiditas selama enam bulan berturut-turut," kata Brian Grieser, Wakil Presiden dan Senior Credit Officer Moody, dalam keterangan resminya, Senin (13/8).

Dalam analisis yang dimuat dalam laporan bulanan Moody, likuiditas sub-indikator perusahaan high-yield di China melemah dengan indikator naik dari 35,4% menjadi 36,5%. Sub-indikator industri China juga naik dari 47,8% menjadi 50,0%. Untungnya, sub-indikator properti China tetap 24%.

Sementara, sub-indikator tekanan likuiditas untuk perusahaan-perusahaan berimbal hasil tinggi di Asia Selatan dan Asia Tenggara juga naik menjadi 29,6% dari sebelumnya 25,9% di bulan Juni lalu. Tak terkecuali, likuditas Indonesia juga menurun dengan indikator naik dari 17,2% menjadi 23,3% di bulan Juli.

Penerbitan obligasi oleh perusahaan berimbal hasil tinggi juga tercatat menurun menjadi US$ 1,3 miliar, dari sebelumnya US$ 1,5 miliar pada Juni lalu. Kebanyakan dari penerbitan tersebut juga ditujukan untuk pembiayaan ulang (refinancing) utang jatuh tempo dalam waktu dekat. Dalam kurun tujuh bulan di tahun ini, total penerbitan obligasi perusahaan sebesar US$ 16,2 miliar, turun cukup dalam dari US$ 25,1 miliar pada periode yang sama di tahun sebelumnya.

Adapun, tingkat bunga rata-rata penerbitan obligasi baru tersebut naik menjadi 7,1% sepanjang 10`8, dibandingkan 6,25% pada tahun lalu. Kenaikan tingkat bunga tersebut seiring sulitnya kondisi pasar yang dialami perusahaan sepajang tahun ini.

Moody's berharap, perusahaan berimbal hasil tinggi non-keuangan di Asia bisa memiliki tingkat default pada level 1,9% di akhir tahun nanti. Tahun lalu, tingkat default di Asia tersebut mencapai 4,3% dengan enam perusahaan yang mengalami default (defaulter).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×