kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Minyak terkoreksi, WTI ke US$ 65,80 per barel dan Brent ke US$ 71,62 per barel


Senin, 20 Agustus 2018 / 10:06 WIB
Minyak terkoreksi, WTI ke US$ 65,80 per barel dan Brent ke US$ 71,62 per barel
ILUSTRASI. Harga minyak


Reporter: Grace Olivia | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah dunia mengawali perdagangan pekan ini dengan penurunan. Kekhawatiran terhadap potensi perlambatan ekonomi yang membebani pasar turut menyeret harga minyak.

Mengutip Bloomberg, Senin (20/8), harga minyak mentah West Texas intermediate (WTI) per pukul 9.30 WIB berada di posisi US$ 65,80 per barel atau turun 0,17% dari harga penutupan sebelumnya.

Begitu juga dengan harga minyak mentah Brent yang menyusut 0,29% ke level US$ 71,62 per barel.

"Data industri yang mengecewakan dari China, juga kekhawatiran atas ekonomi pasar negara berkembang yang berpusat di Turki membebani komoditas," ujar Edward Bell dari Bank Emirates NBD, seperti dikutip oleh Reuters, Senin (20/8).

Sementara, perusahaan jasa energi, Baker Hughs, pada akhir pekan lalu merilis data rig pengeboran minyak Amerika Serikat (AS) yang masih stabil dengan jumlah 869 rig.

"Pelemahan pada harga acuan (minyak mentah) belakangan ini seharusnya menahan laju pertumbuhan kegiatan eksplorasi dan produksi AS dan menyebabkan pertumbuhan output secara keseluruhan lebih lambat," tambah Bell.

Di sisi lain, para trader berpendapat sanksi AS terhadap Iran bakal segera berdampak pada harga-harga. Seperti yang diketahui, AS sudah mulai memberlakukan sanksi keuangan terhadap Iran dan akan segera disusul oleh sanksi yang menyasar sektor perminyakan Iran pada November mendatang.

Iran sendiri menghasilkan minyak mentah sekitar 3,65 juta barel per hari per Juli lalu. Ini menjadikannya produsen terbesar ketiga dalam Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), di belakang Arab Saudi dan Irak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×