kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Minim efek yield US Treasury, obligasi korporasi masih positif sepanjang 2021


Senin, 08 Maret 2021 / 20:20 WIB
Minim efek yield US Treasury, obligasi korporasi masih positif sepanjang 2021
ILUSTRASI. Secara year to date( ytd), obligasi korporasi mencatatkan kenaikan 1,01%.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di saat pasar surat berharga negara (SBN) tertekan seiring tren kenaikan yield US Treasury, rupanya obligasi korporasi justru membukukan kinerja yang stabil dan positif. 

Hal ini dapat terlihat dari Indobex Corporate Bond milik Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI). Secara year to date( ytd), obligasi korporasi mencatatkan kenaikan 1,01%. Sementara obligasi negara yang tercermin dari Indobex Government Bond justru telah terkoreksi 2,67% secara ytd.

Head of Fixed Income Trimegah Asset Management Darma Yudha mengungkapkan, salah satu pembeda antara obligasi korporasi dan obligasi negara adalah likuiditas. Dengan obligasi korporasi yang dari segi likuiditas jauh lebih kecil, maka kinerjanya pun tidak sensitif terhadap perubahan yield dan harga.

“Kebanyakan, secara durasi (obligasi korporasi) juga lebih pendek dibanding SBN sehingga volatilitasnya pun lebih rendah. Apalagi, pembeli obligasi korporasi memang punya kecenderungan hold to maturity, sehingga semakin meminimalisir dari sisi volatilitas,” kata Yudha ketika dihubungi Kontan.co.id, Senin (8/3).

Baca Juga: Musim dividen dan yield surat utang masih menekan kurs rupiah

Yudha menambahkan, dengan tengah tingginya volatilitas di pasar SBN saat ini seiring kenaikan US Treasury, maka obligasi korporasi jadi punya prospek yang menarik. Dengan stabilitas kinerja dan potensi imbal hasil yang lebih menarik, obligasi korporasi bisa dilirik sebagai alternatif investasi saat ini.

Namun, dia mengingatkan, koreksi di pasar SBN cenderung bersifat sementara saja. Yudha menilai, apa yang terjadi di pasar obligasi saat ini cenderung didorong oleh ekspektasi pelaku pasar semata. Menurut dia, kondisi tapering layaknya pada 2013 cenderung belum akan terjadi karena situasinya juga berbeda.

“Ditambah lagi, default risk belum bisa dikesampingkan untuk saat ini sekalipun pemulihan ekonomi sudah mulai berjalan dan lebih baik dari tahun lalu. Downside dari obligasi korporasi kan juga soal likuiditas di pasar sekunder, jadi ini harus jadi pertimbangan juga,” tambah Yudha.

Baca Juga: Kinerja stabil, obligasi korporasi bisa jadi alternatif investasi saat SBN volatile

Oleh karena itu, untuk obligasi korporasi, Yudha memberikan rekomendasi selective buying. Dia mengatakan, investor bisa mempertimbangkan track record emiten penerbit, lalu sektornya apakah yang minim terdampak dari Covid-19, hingga rating dari penerbit.

Dia menilai, sektor barang konsumsi dan telekomunikasi adalah sektor yang resilient. Adapun, untuk rating, ia merekomendasikan obligasi korporasi dengan rating minimal AA.

yudha juga menyarankan investor bisa memilih untuk beli reksadana pendapatan tetap yang berbasis obligasi korporasi. Instrumen ini menarik dan dari sisi risiko jauh lebih baik karena sudah ada peran manajer investasi yang mendiversifikasi risiko portofolionya.

“Kalau dari Trimegah AM, kami punya TRIM Dana Tetap 2 dan Trimegah Fixed Income Plan yang mayoritas berisikan obligasi korporasi. Secara year to date, kinerjanya juga lebih baik karena relatif minim terdampak dari penurunan yang terjadi di SBN,” ujar Yudha.

Baca Juga: Bank sentral dunia siapkan kebijakan untuk hadapi lonjakan pasar obligasi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×