kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menanti panen lebat kebun Astra Agro Lestari


Selasa, 20 Maret 2018 / 08:17 WIB
Menanti panen lebat kebun Astra Agro Lestari
ILUSTRASI. Kebun sawit


Reporter: Dimas Andi | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Astra Argo Lestari Tbk (AALI) sedikit melambat tahun 2017. Di tengah sejumlah tantangan yang membayangi industri perkebunan, sejumlah analis masih yakin kinerja AALI akan membaik di tahun ini.

Laba bersih AALI hanya naik tipis 0,2% dari Rp 2 triliun pada tahun 2016 menjadi Rp 2,01 triliun, setahun berselang. Analis Senior Anugerah Sekuritas Indonesia Bertoni Rio menilai, kenaikan beban pokok pendapatan sebesar 26% year on year (yoy) menjadi Rp 13,16 triliun membuat laba bersih AALI tergerus.

Analis NH Korindo Sekuritas Joni Wintarja menambahkan, membengkaknya beban pajak penghasilan sebesar 773,15% yoy juga menjadi penyebab rendahnya laba bersih AALI. Kondisi makin pelik lantaran harga crude palm oil (CPO) hanya naik tipis 2% sepanjang tahun lalu ke level Rp 8.655 per kilogram.

Tapi, penjualan AALI masih meningkat 22,5% yoy menjadi Rp 17,30 triliun pada tahun lalu. Sehingga, Joni pun optimistis masih ada ruang bagi AALI untuk meningkatkan kinerjanya di tahun ini.

Joni mengatakan, cuaca yang berpotensi lebih bersahabat bisa membuat produksi tandan buah segar (TBS) AALI naik 7% menjadi 5,6 juta ton. Ia memprediksi, penjualan AALI bisa tumbuh 14,3% menjadi Rp 19,77 triliun pada akhir tahun nanti. Lalu, laba bersihnya berpotensi menanjak 11,3% menjadi Rp 2,23 triliun.

AALI juga tetap melakukan ekspansi bisnis pada tahun ini. Salah satunya dengan membangun pabrik kelapa sawit baru di kawasan Kalimantan Selatan. Meski baru akan beroperasi pada tahun 2019, pabrik tersebut berpotensi menambah kapasitas produksi perusahaan.

Hanya saja, analis senior Henan Putihrai Yosua Zisokhi mengingatkan, tanpa adanya penambahan lahan, kehadiran pabrik baru hanya akan mengurangi beban produksi AALI saja.

Banyak tantangan

AALI juga masih harus menghadapi sejumlah tantangan. Salah satunya, ancaman terhambatnya ekspor CPO ke kawasan Uni Eropa serta sejumlah negara lain seperti Amerika Serikat dan India.

Hal ini dapat mengurangi permintaan CPO milik AALI. Rendahnya permintaan berpotensi membuat harga CPO di pasar sulit meningkat. "Padahal kinerja AALI tahun ini sangat bergantung pada kestabilan harga CPO," ujar Joni, Senin (19/3).

Namun, Yosua menilai, permintaan CPO masih akan solid. Pasalnya, negara-negara yang membatasi ekspor CPO dari Indonesia tidak bisa terus-terusan memanfaatkan bahan bakar nabati lain seperti minyak kedelai atau minyak bunga matahari, terutama ketika masa panennya berakhir.

Bertoni pun merekomendasikan akumulasi beli saham AALI dengan target harga Rp 15.000. Lalu Yosua dan Joni merekomendasikan beli saham AALI. Yosua memasang target Rp 17.200 per saham. Sementara Joni mematok harga Rp 18.375 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×