kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menakar prospek emiten penebar dividen


Kamis, 22 Maret 2018 / 08:09 WIB
Menakar prospek emiten penebar dividen
ILUSTRASI.


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Musim rilis laporan keuangan sudah hampir usai. Kini, tinggal menanti musim pembagian dividen untuk laba tahun buku 2017.

Sejumlah emiten besar sudah mengumumkan rencana pembagian dividen. Bank-bank besar pelat merah misalnya, sudah merilis nilai dividen yang akan dibagi.

Bank Negara Indonesia (BBNI) memutuskan membagi dividen total Rp 4,77 triliun, setara 35% dari laba bersih di 2017. Direktur Utama BBNI Achmad Baiquni merinci, dividen tersebut terdiri dari 25% dividen tunai dan 10% dividen spesial.

Bank Mandiri (BMRI) bahkan mematok dividen lebih besar. Bank ini membagi dividen Rp 9,2 triliun, atau setara 45% laba bersih. Nilai dividen mencapai Rp 199,03 per saham.

Chandra Asri Petrochemical (TPIA) juga sudah berancang-ancang membagi dividen. Emiten ini berencana membagi 25%-40% laba bersih sebagai dividen.

Bila menilik tahun-tahun lalu, dividen Unilever Indonesia (UNVR) juga patut ditunggu. Perusahaan ini konsisten membagi dividen dengan payout ratio tinggi. Tahun lalu, UNVR membagi 99,64% laba sebagai dividen.

HM Sampoerna (HMSP) juga mencetak payout ratio besar tahun lalu, yakni sebesar 97,91%. Ada pula Matahari Department Store (LPPF) dan Bukit Asam (PTBA), dengan payout ratio masing-masing 70% dan 32,82%.

Tak selalu bagus

Dari sisi yield, tahun lalu LPPF membagi dividen dengan yield paling menarik. Yield dividen perusahaan ritel ini mencapai 4,33%. Yield dividen HMSP dan PTBA masing-masing hanya 2,56% dan 1,98%. UNVR malah hanya sebesar 0,80%.

Vice President Research Artha Sekuritas Frederik Rasali menuturkan, dalam jangka pendek, investor bisa mempertimbangkan yield dividen untuk menyeleksi saham. Sedang bagi investor jangka panjang, idealnya payout ratio jadi patokan.

Meski demikian, payout ratio tinggi tak lantas berarti secara fundamental suatu saham menarik. "Pembagian dividen yang terlalu tinggi bisa jadi malah menghambat pertumbuhan emiten," papar Frederik kepada KONTAN, Rabu (21/3).

Analis NH Korindo Sekuritas Joni Wintarja menilai, payout ratio yang tinggi memiliki konsekuensi tersendiri. Contohnya di UNVR. Emiten ini memiliki bisnis yang kuat, sehingga perusahaan ini bisa konsisten membagikan dividen dengan payout ratio mendekati 100%.

Namun, model bisnis UNVR yang lebih banyak menggunakan pinjaman juga membuat debt to equity ratio (DER) perusahaan ini meningkat. DER UNVR terus mengalami peningkatan dari level 26% pada 2014 hingga mencapai 67% pada 2017. "Jika UNVR tetap membayar payout ratio mendekati 100% dalam dua tahun mendatang, DER dapat meningkat hingga 91%," jelas Joni dalam riset 2 Maret.

Selain itu, investor dianggap telat bila baru mulai mengincar saham dengan payout ratio tinggi. Sebab harga sudah cukup tinggi. "Kecuali investor membeli di saat harga rendah secara rata-rata tiga hingga lima tahun," kata Frederik.

Analis menilai, dari sejumlah emiten besar yang sudah mengumumkan dividen, saham bank menarik diincar. "ROE rata-rata industri keuangan tetap tinggi," kata Frederik. Ia menilai dividen BBNI menarik dipertimbangkan. Frederik merekomendasikan buy saham BBNI dengan target harga sebesar Rp 10.900 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×