kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Meski ekonomi melambat, China diyakini tak akan membanjiri stimulus di 2019


Selasa, 15 Januari 2019 / 12:27 WIB
Meski ekonomi melambat, China diyakini tak akan membanjiri stimulus di 2019


Reporter: Titis Nurdiana | Editor: Titis Nurdiana

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Para analis yakin China akan berupaya keras untuk mencapai target ekonomi di kuartal I 2019 ini.  Berbagai langkah stimulus diyakini akan digelontorkan dalam waktu dekat untuk menghadapi perlambatan pertumbuhan ekonomi China. Meski begitu,China diyakini tidak akan membanjiri stimulus untuk mendorongf ekonominya.

Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional (NDRC) dalam pernyataan resminya mengatakan, China akan memperkuat pemantauan kondisi ekonominya, meningkatkan "cadangan"  kebijakan ekonominya. Ini lantaran negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia melambat sepanjang 2018. Pelambatan ekonomi terjadu lantaran otoritas Cina melakukan penyesuaian secara struktural jangka panjang menuju ke periode kebijakan pertumbuhan yang bertahap, dan berkelanjutan.

Perang dagang dengan Amerika Serikat juga menimbulkan ketidakpastian jangka pendek  bagi ekonomi Cina. Ekspor secara tak terduga turun paling tinggi dalam dua tahun pada bulan Desember 2018. Ini menjadi tanda meningkatnya tekanan pada ekonomi China.

Adapun, Perdana Menteri Li Keqiang dalam peryataan di televisi pemerintah mengatakan,  Cina mencapai target ekonomi inti sepanjang 2018. Adapun di kuartal pertama 2019 akan melangkah lebih kuat. Yakni dengan menciptakan kondisi yang membantu mencapai tujuan sepanjang tahun 2019 ini.

Sumber Reuters pekan lalu mengatakan,  Beijing berencana menurunkan target pertumbuhannya menjadi 6%-6,5% tahun ini. Ini artinya, proyeksi tersebut lebih rendah dari proyeksi 2018 sebesar 6,6%. Asal tahu saja, target 2019 adalah laju ekonomi paling lambat dalam 28 tahun terakhir.

Jika ekonomi tersebut akan diumumkan pada sesi parlemen tahunan yang akan diadakan pada bulan Maret, kemudian disahkan oleh para pemimpin puncak di Konferensi Kerja Ekonomi Pusat pada pertengahan Desember.

Dengan pertumbuhan tahunan sekitar 6,2% di tahun ini, Partai Komunis berkuasa berjanji akan menggandakan produk domestik bruto dan pendapatan dalam dekade hingga 2020. Targetnya, ini akan mengubah China menjadi negara  yang lebih sejahtera.

Cina telah menurunkan cadangan yang perlu disisihkan bank komersial untuk kelima kalinya dalam setahun. Tujuannya memacu pinjaman, terutama bagi perusahaan kecil dan menengah. Beijing juga telah memotong pajak dan biaya, serta meningkatkan investasi infrastruktur untuk menopang perekonomian.

Tahun ini, Cina akan meningkatkan pengeluaran fiskal dan menerapkan pemotongan pajak dan biaya yang lebih besar. Pemotongan akan fokus pada pengurangan beban untuk perusahaan kecil dan produsen. Tak hanya itu, “Pemerintah juga akan menstabilkan kebutuhan lapangan kerja. Ini  adalah prioritas utama pemerintah,”  ujar Wakil Ketua NDRC Lian Weiliang mengatakan pada konferensi pers Selasa, (15/1).

Untuk itu, China akan mempercepat proyek investasi dan penerbitan obligasi pemerintah daerah. “Stimulus akan diberikan, tapi bukan seperti banjir", kata Lian.

Bank sentral, dalam sebuah pernyataan terpisah, mengatakan akan mempertahankan kebijakan moneter yang hati-hati, menjaganya agar tidak terlalu ketat atau terlalu longgar, serta akan memperkuat penyesuaian kontra-siklus. “Kebijakan moneter akan dibuat lebih berpandangan ke depan, fleksibel dan tepat sasaran, “ ujar People's Bank of China (PBOC).

Meski begitu,  Wakil Gubernur PBOC Zhu Hexin,  kata kebijakan moneter tersebut bukan berarti tidak akan ada perubahan. Hanya Zhu masih enggan menjawab kebijakan pemotongan suku bunga akan dilakukan. “Yang pasti, kebijakan moneter akan kami tingkatkan,” ujar dia.

Hanya, beberapa analis percaya pemotongan suku bunga adalah suatu kemungkinan yang akan dilakukan PBOC. Sebagian juga berharap, Beijing akan menahan diri dari langkah-langkah stimulus besar-besaran seperti di masa lalu. Kebijakan yang berlebiahn dikhawatiran dapat menambah tumpukan utang serta melemahkan yuan.

"Kebijakan fiskal dan moneter telah dilonggarkan selama beberapa bulan terakhir. Kini saatnya mulai memberi makan ke ekonomi riil pada paruh kedua tahun ini," ujar analis di Capital Economics. Meski begitu, skala stimulus akan lebih terbatas dari tahun 2015-2016 sehingga efek yang ditimbulkan akan cenderung lebih kecil.

Bank-bank Cina menambah pinjaman baru sebesar 16,17 triliun yuan (US$ 2,40 triliun)  di tahun 2018. Angka ini melampaui rekor tahun sebelumnya sebesar 13,53 triliun yuan. Adapun outstanding pinjaman yuan  tahun 2018 naik 13,5% dari tahun 2017.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×