kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Melihat potensi saham-saham LQ45 dengan rasio PE paling rendah


Jumat, 22 Februari 2019 / 18:51 WIB
Melihat potensi saham-saham LQ45 dengan rasio PE paling rendah


Reporter: Yoliawan H | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini ditutup melemah tipis 0,56% ke level 6.501. Tercatat rasio price to earning atau (PE) rata-rata sebesar 15 kali.

Mengutip data Bloomberg, Kamis (21/2) tercatat saham-saham dalam indeks LQ45 yang memiliki rasio PE paling rendah dan ada di bawah rata-rata IHSG. Adapun saham-saham yang memiliki valuasi harga yang rendah itu adalah INDY dengan PE 2,21 kali, WKST dengan PE 4,79 kali, SRIL dengan PE 5,31 kali, ITMG dengan PE 6,49 kali, INKP dengan PE 7,38 kali, ADRO PE 7,60 kali, PTBA dengan PE 7,65 kali dan BSDE dengan PE 7,81 kali.

Dengan kata lain rasio PE ini menggambarkan fundamental saham umum. Rasio ini membandingkan antara harga saham dengan laba bersih perusahaan. Sehingga tercermin valuasi dari saham tersebut.

Dennies Christoper, Jordan analis Artha Sekuritas menilai, untuk sektor pertambangan seperti INDY, ITMG dan ADRO secara valuasi saat ini sudah termasuk yang murah. Itu disebabkan ada risiko yang mungkin muncul dari fluktuasi harga batubara.

“Untuk batubara dalam jangka pendek akan mulai terbantu dengan adanya sentimen dari China yang memberhentikan impor batubara dari Australia,” ujar Dennies kepada Kontan.co.id, Jumat (22/2).

Sementara itu, untuk saham WSKT sudah cukup murah. Ini timbul akibat kekawatiran dari risiko tingginya utang perusahaan. rasio debt to equity WSKT tercatat sebesar 3,78 kali.

Menurutnya, semakin rendah PE rasio itu akan semakin menarik untuk melihat saham tersebut, dengan catatan kemampuan mencetak laba dan secara fundamental perusahaan tersebut masih kuat.

“Saya masih merekomendasikan trading buy untuk INDY dan PTBA,” ujar Dennies. 

Pada penutupan perdagangan Jumat (22/2), saham INDY ditutup melemah tipis 0,46% ke level Rp 2.170 per saham dan PTBA ditutup melemah 1,67% ke level Rp 4.130 per saham.

Senada, Analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji mengatakan, saham dengan PE rendah di tengah kondisi fundamental kuat bisa jadi tanda harga sahamnya semakin menarik karena sudah sangat diskon. Di sisi lain, bisa jadi karena total earnings perusahaan semakin meningkat.

Secara kinerja perusahaan yang masih posifit, pihaknya masih merekomendasikan INDY dengan target jangka panjang Rp 2.660 per saham. WSKT bisa buy dengan target jangka menengah hingga jangka panjang Rp 2.240 per saham.

“Untuk SRIL, potensi dan fundamental masih positif, target jangka panjang bisa tembus Rp 442 per saham,” ujar Nafan.

Selanjutnya saham saham partambangan lainnya di LQ45 yang bisa dikoleksi adalah ITMG dengan target harga Rp 24.675 per saham, ADRO dengan target harga Rp 1.500 per saham dan PTBA dengan target harga jangka panjang Rp 5.000 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×