kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mayoritas saham IDX BUMN20 diprediksi hadapi tantangan, begini rekomendasi analis


Kamis, 08 Agustus 2019 / 19:37 WIB
Mayoritas saham IDX BUMN20 diprediksi hadapi tantangan, begini rekomendasi analis


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang tahun 2019, indeks IDX BUMN20 telah bertumbuh 3,75% per perdagangan Kamis (8/8). Angka ini mengungguli pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sebesar 1,29% secara year to date (ytd).

Jika dirinci lebih lanjut, mayoritas anggota IDX BUMN20 memang menunjukkan kenaikan harga saham. Pertumbuhan harga saham tersebut berkisar 1,69% ytd hingga 46,28% ytd. Meskipun begitu, ada tujuh saham yang menunjukkan penurunan harga. Mereka adalah  PT Elnusa Tbk (ELSA, anggota indeks Kompas100), PT Bukit Asam Tbk (PTBA, anggota indeks Kompas100), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS, anggota indeks Kompas100), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI, anggota indeks Kompas100), PT Adhi Karya Tbk (ADHI, anggota indeks Kompas100), PT PP Properti Tbk (PPRO, anggota indeks Kompas100), dan PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP, anggota indeks Kompas100).

Baca Juga: BEI bakal rilis indeks IDXV30 dan IDXG30, ini kriteria saham penghuninya

Kepala Riset Kresna Sekuritas Robertus Yanuar Hady mengatakan, penurunan harga saham sektor pertambangan, yakni ELSA dan PTBA disebabkan harga komoditas energi yang masih cenderung lebih rendah dari tahun lalu. Selanjutnya, penurunan harga saham PGAS disebabkan penyerapan belanja modal perusahaan ini yang kurang maksimal.

“Dengan begitu, investor khawatir ekspansi jaringan PGAS akan terhambat,” kata dia saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (8/8).

Dalam berita Kontan.co.id sebelumnya, PGAS mengalokasikan belanja modal sebesar US$ 500 juta pada 2019 dan di semester pertama 2019 baru terserap sekitar 30% atau US$ 150 juta.

Sementara itu, menurut Robertus, pelemahan saham BBNI disebabkan oleh penurunan kualitas aset yang terlihat dari turunnya net interest margin (NIM). Sebagai gambaran, rasio margin bunga bersih alias NIM BBNI memang menyusut sebanyak 50 basis poin (bps) menjadi 4,9% pada semester I-2019. Dengan begitu, kata dia,  prospek bisnis emiten ini menjadi kurang baik.

Baca Juga: BEI akan evaluasi secara berkala kedua indeks barunya, simak aturan mainnya

Secara umum, Robertus masih bersikap netral atas saham-saham sektor perbankan. Ia melihat penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) belum berpengaruh bagi pertumbuhan kualitas kredit. “Malah menekan kualitas aset dan likuiditas,” ucap dia.




TERBARU

[X]
×