kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45925,72   -5,64   -0.61%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Lonjakan impor baja dari Indonesia jadi penyebab China selidiki anti-dumping


Senin, 23 Juli 2018 / 12:53 WIB
Lonjakan impor baja dari Indonesia jadi penyebab China selidiki anti-dumping
ILUSTRASI. Manufaktur China


Reporter: Grace Olivia | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Membanjirnya produk impor baja ringan tahan karat atau stainless steel di China membuat pemerintah Negeri Tembok Besar tersebut mulai menggarap penyelidikan anti-dumping. Penyelidikan akan dilakukan pada impor stainless steel dengan nilai US$ 1,3 miliar, terutama pada pabrik milik swasta China yang beroperasi di luar negeri (offshore).

Ditujukan pada sekitar delapan perusahaan produsen asing, penyelidikan juga akan dilakukan pada sejumlah perusahaan China, termasuk Tsingshan Stainless, salah satu produsen besar dunia yang memiliki unit di Indonesia. Pemerintah China juga mengincar sekitar 19 pedagang yang melakukan impor produk tersebut.

Langkah ini menyusul pengaduan dari Shanxi Taigang Stainless Steel, serta dukungan empat pabrik milik negara lainnya termasuk divisi baja stainless Baosteel, yang mengeluhkan maraknya impor baja murah sehingga harga pasar di China menjadi jatuh.

Kementerian Perdagangan China, Senin (23/7), menyatakan akan melakukan penyelidikan anti-dumping pada produk stainless steel dan pelat stainless steel tahan panas dari Uni Eropa, Jepang, Korea Selatan dan Indonesia, yang jumlahnya naik hampir tiga kali lipat tahun lalu.

Terutama, dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah perusahaan swasta asal China membangun pabrik dan membuka usaha produksi di Indonesia. Hal tersebut dilakukan untuk memanfaatkan sumber daya nikel yang berlimpah dan biaya produksi yang lebih rendah di Indonesia. Selanjutnya, sebagian besar dari produksi tersebut dijual kembali ke China.

Dalam laporannya yang dirilis oleh Kementerian Perdagangan China, Shanxi Taigang menilai impor baja yang melesat ini telah merusak pasar China. Sebab, hampir dua pertiga impor baja China berasal dari Indonesia sepanjang tahun lalu atau naik dari 5% pada 2016 dan 0% pada 2015. "Impor tersebut naik sekitar 86% pada kuartal pertama," tulis perusahaan dalam laporan pengaduannya, seperti dikutip Reuters, Senin (23/7).

Sementara, harga produk stainless impor tersebut tercatat menjadi US$ 1.867 per ton pada tahun 2017, atau turun 23% dari US$ 2.436 setahun sebelumnya. "Jika kami mengizinkan produk ini untuk terus memasuki pasar China dengan harga rendah dan mengambil pangsa pasar lebih banyak, penjualan produk domestik China akan terus menurun," demikian keluhan Shanxi Taigang.

Sementara, Peter Peng, Konsultan Senior CRU di Beijing, mengatakan, penyelidikan anti-dumping tersebut, "Sepenuhnya didorong oleh perselisihan industrial antara BUMN China dan pabrik swasta yang tumbuh cepat," kata dia.

"Karena biaya produksi mereka lebih murah, itu lebih kompetitif daripada produk China," tambahnya.

Diketahui, Tsingshan membuka pabrik di Indonesia sejak tahun lalu dengan kapasitas tahunan sebesar 3 juta ton. Sementara, perusahaan produsen baja asal China lainnya, Delong Holdings berencana memulai produksi di Indonesia pada tahun depan.

Adapun, perusahaan lain yang menjadi target juga berasal dari Eropa, termasuk Spanyol Acerinox, Finlandia Outokumpu Oyj, dan Aperam yang berbasis di Luksemburg.

Di antara perusahaan-perusahaan Jepang adalah Nisshin Steel Co Ltd, Nippon Steel & Sumitomo Metal Corp. dan JFE Steel Corp. Perusahaan produsen baja asal Indonesia PT Jindal Stainless di Indonesia dan asal Korea Selatan Posco, juga terdaftar.


 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×