kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Likuiditas mulai terbatas, lelang sukuk negara mencatat penawaran Rp 18,85 triliun


Senin, 18 Mei 2020 / 18:49 WIB
Likuiditas mulai terbatas, lelang sukuk negara mencatat penawaran Rp 18,85 triliun
ILUSTRASI. Dari penawaran yang masuk, pemerintah memenangkan kurang lebih setengahnya, yakni sekitar Rp 9,5 triliun.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hari ini (18/5), pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan menggelar lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). Dalam penawaran kali, jumlah penawaran yang masuk menyentuh Rp 18,85 triliun.

Jumlah tersebut naik tipis jika dibandingkan lelang SBSN sebelumnya yang mencapai Rp 18,11 triliun. Dari penawaran yang masuk, pemerintah memenangkan kurang lebih setengahnya, yakni sekitar Rp 9,5 triliun.

Analis Fixed Income MNC Sekuritas Made Adi Saputra melihat bahwa beberapa kali lelang SBSN terakhir menunjukkan adanya konsistensi baik dari segi minat ataupun penawaran. Hal ini tersebut terlihat dari jumlah penawaran yang konsisten di kisaran Rp 18 triliun dalam tiga lelang SBSN terakhir.

“Jika diperhatikan, semenjak masuk kuartal II-2020, bidding untuk SBSN yang masuk tidak banyak berubah, di kisaran Rp 18 triliun. Hal ini mengindikasikan adanya keterbatasan likuiditas di pasar,” ujar Made kepada Kontan.co.id, Senin (18/5).

Baca Juga: Pemerintah meraup Rp 9,5 triliun pada lelang sukuk negara pada Senin (18/5)

Dengan terbatasnya likuiditas, Made menilai investor tidak akan lagi jor-joran untuk masuk ke lelang. Ditambah lagi, para investor saat ini juga sembari mencermati seperti apa keadaan di pasar sekunder.

Sementara Head of Economics Research Pefindo Fikri C Permana menyebut hasil lelang ini menunjukkan belum adanya perbaikan permintaan dari para investor. Ia menilai para investor domestik yang mendominasi permintaan SBSN, sejauh ini masih menunggu keadaan dan perkembangan di pasar.

“Investor SBSN sejauh ini masih wait and see. Terlihat dari permintaan para investor yang masih konstan dalam beberapa lelang SBSN terakhir,” jelas Fikri.

Baca Juga: BI disarankan tahan suku bunga acuan karena pertimbangan ini

Meski dari segi peminat tidak banyak berubah, tapi dari segi nominal yang diminta peserta lelang justru lebih kompetitif. Hal inilah yang dinilai Fikri menjadi penyebab yield pada lelang kali ini turun jika dibandingkan lelang SBSN sebelumnya.

“Karena nominal kompetitif yang masuk lebih banyak, sehingga daya tawar pemerintah pun meningkat. Oleh karena itu, penerbit (issuer) yakni pemerintah dapat memilih untuk memenangkan permintaan dengan yield yang lebih rendah, yang pada akhirnya, membuat yield secara keseluruhan pun turun,” pungkas Fikri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×