kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Laporan Moody's jumlah perusahaan berpotensi default meningkat di Asia


Kamis, 28 Mei 2020 / 15:35 WIB
Laporan Moody's jumlah perusahaan berpotensi default meningkat di Asia
ILUSTRASI. A Moody's sign on the 7 World Trade Center tower is photographed in New York August 2, 2011. Behind all too many of market moves in government debt of late has been a report from one of the major credit ratings agencies. Standard & Poor's is the biggest a


Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Moody's Investors Service menyebut perusahaan di Asia yang memiliki rating B3 dengan outlook negatif atau lebih rendah meningkat. Ini menunjukkan peningkatan potensi default.

"Kondisi resesi yang memuncak telah menciptakan guncangan kredit yang parah dan luas di banyak sektor, wilayah, dan pasar, yang efeknya belum pernah terjadi sebelumnya dan tercermin dalam kenaikan perusahaan yang dinilai B3 negatif atau lebih rendah," kata Annalisa Di Chiara, Wakil Presiden Senior Moody's seperti dikutip dalam rilis Kamis (28/5). 

Baca Juga: Moody's: PDB Negara Berkembang G20 Cuma Akan Tumbuh 1%, Terlihat dari Peringkat Utang

Penurunan peringkat pengembang properti di Indonesia dan China mendorong peningkatan jumlah perusahaan dengan peringkat B3 dan outlook negatif bahkan dengan rating lebih rendah pada tahun 2020. Hal ini mencerminkan pertumbuhan pendapatan lebih rendah dengan likuiditas lebih lemah, dan risiko pembiayaan kembali meningkat mengingat jumlah surat utang dengan masa jatuh tempo utang hingga tahun 2021 cukup besar. 

"Jumlah perusahaan dengan rating Caa juga telah bertambah sembilan sejak Januari, mencerminkan penurunan tajam dalam kondisi kredit. Kondisi ini juga mencerminkan likuiditas perusahaan yang lemah dan profil refinancing yang buruk karena sebagian besar pasar obligasi masih tertutup bagi perusahaan-perusahaan dengan yield tinggi," jelas Di Chiara.

Penurunan kualitas kredit secara luas mencerminkan meningkatnya risiko gagal bayar. Moody's Asian Liquidity Stress Indicator telah berada di angka terlemahnya pada bulan April yakni rekor 40,1% dengan negatif bias. Angka ini meningkat dari 38,1% di bulan yang sama.

Sementara itu, tingkat default perusahaan non keuangan high-yield 12 bulan untuk Asia Pasifik naik menjadi 2,3% pada akhir Maret dari 1,1% pada akhir 2019. Bahkan pada tahun 2020, tingkat default perusahaan non keuangan akan naik menjadi 6,4%. 

Baca Juga: Pefindo ingatkan sejumlah sektor ini rawan default karena terimbas corona

Laporan Moody mengkaver 147 korporasi non finansial dengan imbal hasil tinggi di Asia di luar Jepang, Australia dan Selandia Baru. Laporan Moody's tidak termasuk perusahaan infrastruktur dan konstruksi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×