kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kontroversi Trump: Sindir The Fed hingga tuding China manipulasi mata uang


Sabtu, 21 Juli 2018 / 21:30 WIB
Kontroversi Trump: Sindir The Fed hingga tuding China manipulasi mata uang
ILUSTRASI. Presiden AS Donald Trump


Reporter: Khomarul Hidayat | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memang seorang newsmaker. Komentar-komentarnya yang kerap disampaikan lewat twitter acap mengejutkan bahkan tak jarang menuai kontroversi.

Seperti, Jumat lalu (19/7), Trump terang-terangan mengomentari kebijakan moneter The Federal Reserve soal kenaikan suku bunga. Bank Sentral Amerika Serikat (AS) memang telah dua kali menaikkan menaikkan suku bunga acuan atau The Fed Fund Rate  hingga ke kisaran 1,75% sampai 2% di tahun ini. The Federal Reserve juga masih membuka peluang kenaikan bunga hingga dua kali atau tiga kali lagi pada tahun ini.

Namun rupanya,  Presiden Trump tidak senang dengan keputusan The Fed mengerek suku bunga. Sebab, kenaikan bunga The Fed membuat kurs dollar AS makin menguat. 

"AS menaikkan suku bunga, sementara dollar semakin kuat dan kuat setiap harinya dan menghilangkan keunggulan kompetitif kami," kata Trump dalam tweetnya, Jumat (19/7). Kenaikan suku bunga menyulitkan upaya Trump memangkas defisit perdagangan AS.

Pernyataan Trump yang mengomentari secara terbuka kebijakan The Fed ini memang tak lazim dilakukan seorang Presiden AS. Bloomberg melaporkan,  Trump melanggar tradisi yang telah berpuluh-puluh tahun dipegang Presiden AS untuk menghargai independensi bank sentral.

Alhasil, pernyataan Trump itu menuai kritik berbagai kalangan.  Sebab, selama ini Presiden AS selalu menghindari berkomentar langsung mengenai kebijakan moneter The Fed. 

"Dia (Trump) hanya mengatur orang lain untuk disalahkan jika sesuatu tidak berjalan sesuai rencananya," kata Mark Spindel, Kepala Investasi Potomac River Capital LLC di Washington seperti dikutip Bloomberg, Sabtu (21/7).

Namun sejatinya, Trump bukan satu-satunya Presiden AS yang tak puas dengan kebijakan The Fed menaikkan suku bunga. Pada bulan Desember 1965, Presiden AS Lyndon Johnson pernah memanggil Gubernur The Fed kala itu William McChesney Martin ke peternakannya di Stonewall, Texas. Johnson mengkonfrontasi mengenai keputusan Martin menaikkan suku bunga. 

Presiden George H.W. Bush  juga secara terbuka pernah menyerukan The Fed yang kala itu dipimpin Alan Greenspan untuk memangkas suku bunga pada Juni 1992.

The Fed telah menaikkan suku bunga lima kali sejak Trump resmi menjabat Presiden AS pada Januari 2017. Dua kali diantaranya saat The Fed era Jerome Powell yang menggantikan Janet Yellen. 

Namun Trump tidak senang dengan kenaikan bunga tersebut. “Pengetatan moneter sekarang menyakiti semua yang telah kami lakukan," kata Trump.

Ketika otoritas moneter di Jepang dan Eropa mempertahankan suku bunga mendekati nol, investor telah mendorong nilai dollar AS terhadap yen dan euro. Itu membuat produk AS kurang kompetitif. Trump mengindikasikan dia berpikir itu tidak adil. "AS tidak seharusnya dihukum karena kami melakukannya dengan sangat baik," kata Trump.

Bukan itu saja. Trump dalam twitternya juga menuding China dan Uni Eropa memanipulasi mata uang dan suku bunga mereka lebih rendah. Komentar Trump ini muncul setelah mata uang China, yuan, Jumat (20/7), jatuh melewati 6,80 per dollar AS. Kurs yuan itu terlemah dalam setahun terakhir. AS mensinyalir Bank Sentral China menunjukkan sedikit tanda intervensi untuk membendung pelemahan yuan.

Trump mengecam China dan Eropa karena menjaga mata uang mereka tetap melemah untuk mendapatkan keuntungan bagi eksportir mereka.

Tudingan Trump itu bakal makin memanaskan tensi hubungan dagang AS dengan China maupun dengan Uni Eropa. Awal bulan ini, Trump memberlakukan tarif impor sebesar 25% pada barang-barang dari Tiongkok senilai US$ 34 miliar, dengan tarif hingga senilai US$ 16 miliar lainnya segera menyusul. AS juga telah merilis daftar tarif impor sebesar 10% senilai atas produk dari China senilai US$ 200 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×